GEOLOGI LEMBAR SAMPANAHAN, KALIMANTAN
10/31/2015 11:12:00 AM
STRATIGRAFI
Berikut tatanan stratigrafi untuk peta geologi
Lembar Sampanahan, Kalimantan;
Qa ALUVIUM; terdiri atas kerakal, kerikil,
pasir, lanau dan lumpur yang terendapkan di sungai, rawa dan pantai.
TQd FORMASI DAHOR; tersusun atas batupasir
kuarsa yang bersisipan dengan lempung dan limonit. Batupasir kuarsa mudah
hancur, setempat berkerakal kuarsa dan andesit, berlapis buruk. Formasi ini
dapat deisebandingkan dengan formasi Kampungbaru yang berumur Plio – Plistosen.
Terendapkan di lingkungan darat dengan ketebalan sekitar 750 meter.
Tmw FORMASI WARUKIN; disusun oleh
perselingan batupasir kuarsa dan batulempung, dengan sisipan serpih dan
batubara, tebal lapisan rata – rata 2 meter. Umur formasi diduga Miosen Tengah
dengan ketebalan sekitar 1500 meter. Formasi Warukin ditindih tak selaras oleh
Formasi Dahor.
Tmpb FORMASI PULUBALANG; terdiri atas
perselingan batulempung dan batupasir dengan sisipan batugamping yang
mengandung fosil foraminifera Cycloclypeus
sp. dan Operculina sp. Tebal lapisan
berkisar antara 30 – 40 cm. Umur dari formasi ini kemungkinan Miosen Tengah
dengan lingkungan pengendapan laut dangkal yang dicirikan oleh fosil Operculina sp., Elpidium sp. dan Quinqueloculina
sp. Tebal formasi ini sekitar 700 meter. Formasi ini ditindih secara selaras
oleh formasi Balikpapan yang tidak tersingkap di lembar Sampanahan.
Tomp FORMASI PAMALUAN; terdiri dari
perselingan batulempung dan batupasir, napal dan batugamping. Ketebalan lapisan
maksimal 2 meter. Napal kaya akan fosil Cycloclypeus
sp. dan Amphistegina sp., yang
menunjukkan umur Oligosen – Miosen Awal. Ketebalan formasi ini mencapai 2500
meter.
Tmbl FORMASI BEBULU; disusun oleh
batugamping dengan sisipan batulempung lanauan dan sedikit napal. Batugamping
berwarna putih kekuningan, padat, mengandung fosil foraminifera besar.
Batulempung lanauan berwarna kelabu, padat dan berlapis. Napal berwarna kelabu
putih dan mengandung fosil foraminifera kecil. Fosil yang dijumpai adalah Lepidocyclina ephipiodes JONES &
CHAPMAN, Lepidocyclina sp., Operculina sp., Operculinella, Miogypsinoides
dan Cycloclypeus yang menunjukkan
umur Miosen Awal dan terendapkan di lingkungan laut dangkal. Ketebalan formasi
ini mencapai 900 meter. Formasi ini setara dengan formasi Berai bagian atas.
Tomb FORMASI BERAI; disusun oleh batugamping
dengan sisipan napal dan batugamping dengan ketebalan lapisan rata – rata 1 – 6
meter. Mengandung fosil Spiroclypeus
sp., Heterostegina sp., Borelis sp. dan Rotalia sp., yang menunjukkan umur Oligosen Awal – Miosen Awal
dengan lingkungan pengendapan pada laut dangkal. Tebal formasi ini sekitar 1250
meter. Formasi ini menindih formasi Tanjung secara selaras dan menjemari dengan
formasi Pamaluan.
Tet FORMASI TANJUNG; terdiri atas
perselingan antara batupasir, batulempung,
batulanau, batugamping dan konglomerat. Mengandung fosil Spiroclypeus sp. dan Discocyclina sp., yang menunjukkan umur
Eosen dan terendapkan pada lingkungan darat sampai laut dangkal. Ketebalan
formasi ini sekitar 400 meter. Formasi ini menindih secara tak selaras kelompok
Pitap dan tertindih secara selaras oleh formasi Berai.
Ksp KELOMPOK PITAP; merupakan endapan
flysch berupa perselingan antara batupasir, batulempung, batulanau, serpih,
rijang, breksi, olistolit batugamping dan lava basal. Karena kelompok ini
terendapkan di atas granit yang berumur Kapur Awal dan dijumpai olistolit
batugamping yang mengandung Orbitolina
berumur Kapur Tengah, maka disimpulkan formasi ini berumur Kapur Akhir.
Ketebalan formasi ini lebih dari 2000 meter. Formasi ini menjemari dengan
kelompok Haruyan yang diendapkan di daerah rumpang palung – busur.
Kvh KELOMPOK HARUYAN; penyusun utama berupa
lelehan lava dan disisipi oleh breksi. Lava bersusunan basal terdiri atas basal
piroksin dan basal amygdaloidal. Kelompok ini menjemari dengan kelompok Pitap,
maka umurnya diduga Kapur Akhir.
Kok OLISTOLIT KINTAP; disusun oleh
batugamping yang berwarna kelabu kehitaman, pada dan mengandung fosil Orbitolina conoides yang menunjukkan
umur Kapur Awal. Dijumpai sebagai olistolit dalam kelompok Pitap dan Haruyan.
Klb FORMASI BATUNUNGGAL; disusun oleh
batugamping berwarna kelabu – kehitaman, sangat padat, berlapis buruk,
mengandung fosil Orbitolina conoides
yang menunjukkan umur Kapur Awal. Batugamping ini diendapkan langsung di atas
granit Batanglai.
Kgd GRANODIORIT; berwarna kelabu berbintik
hijau, pejal, mineral utama adalah plagioklas dan piroksin. Batuan ini
menerobos kelompok Pitap sehingga umurnya diduga tidak lebih tus dari Kapur
Akhir.
Kgr GRANIT BATANGLAI; terutama granit,
monzonite, granodiorite, adamelit dan granit aplit. Batuan ini mengandung
semolit granulit dan amfibolit. Umur mutlak 115 juta tahun (Kapur Awal).
Mub BATUAN ULTRABASA; terdiri atas
peridotite, harzburgit, gabbro dan serpentinit. Berbutir sedang – kasar,
mineral utama olivine dan piroksin yang sebagian terubah menjadi serpentin,
klorit dan bijih.
Mm BATUAN MALIHAN; terdiri atas sekis
mika, amfibolit dan sekis glaukopan. Batuan ini terkloritkan kuat.
![]() |
Gambar : Korelasi Satuan Peta Geologi Lembar Sampanahan, Kalimantan |
STRUKTUR DAN TEKTONIKA
Antiklin dan sinklin di lembar Sampanahan berarah
sumbu hampir utara – selatan. Sesar normal dan sesar naik berarah timur laut
barat daya umum dijumpai.
Secara tektonostratigrafi himpunan batuan dalam lembar Sampanahan dapat dipisahkan dalam tiga satuan umur; Prakapur Akhir, Kapur Akhir dan Pascakapur atau Tersier. Ketiga himpunan tersebut dipisahkan satu dengan yang lain oleh ketidakselarasan (Heryanto dkk., 1997, 2003). Satuan pertama terdiri atas batuan ultrabasa, rijang radiolarian, sekis dan batugamping Batununggal. Sentuhan sesar antar satuan, suatu fitur umum dalam kompleks imbrikasi mencirikan satuan ini. Kecuali batugamping Batununggal, batuan ultrabasa dan batuan malihan dalam satuan tertua ini telah diterobos oleh batuan granit Batangalai yang berumur Kapur Awal. Pada awal Kapur Akhir terjadi suatu deformasi. Akibatnya satuan batuan yang diendapkan setelah proses tektonika tersebut menindih tak selaras satuan batuan Prakapur seperti diindikasikan oleh kehadiran fragmen batuan Prakapur dalam batuan yang menindihnya.
Satuan Kapur Akhir meliputi batuan sedimen kelompok Pitap dan batuan gunung api kelompok Haruyan (Heryanto dkk., 1997, 1998). Secara stratigrafis kedua kelompok menunjukkan hubungan menjemari. Di lembar Belimbing kelompok Pitap dapat dibedakan ke dalam formasi – formasi Pudak, Keramaian dan Manunggal yang hubungan stratigrafisnya saling menjemari. Kelompok Haruyan terdiri atas formasi – formasi Pitanak dan Paau. Pada kala Paleosen terjadi lagi suatu deformasi penting yang menyesarkan satuan – satuan Pratersier dan batuan – batuan Tersier kemudian diendapkan secara tak selaras diatasnya. Sementara itu, satuan batuan termuda terdiri atas himpunan – himpunan batuan Tersier dan Kuarter.
Selama Kapur Akhir pengendapan terjadi di lereng bawah laut yang membentuk endapan kipas yang disatukan oleh kelompok Pitap (Heryanto dkk., 2003). Pada saat yang sama, terjadi kegiatan gunung api bawah laut yang memasok bahan gunung api pembentuk kelompok Haruyan. Pada paleosen Awal terjadi penerobosan granodiorite yang diikuti oleh pengangkatan, pengerosian dan pendaratan atau peneplinasi. Kegiatan ini berlangsung sampai Eosen hingga terbentuk endapan darat formasi Tanjung. Kemudian pada Oligosen terjadi genang laut yang menghasilkan batugamping formasi Berai dan formasi Bebulu. Kejadian ini dibarengi oleh pengendapan sedimen silisiklastika formasi Pamaluan. Pada Miosen Tengah terjadi uatu susut laut yang menghasilkan formasi – formasi Warukin dan Pulubalang.
Pada Miosen Akhir pengendapan terhenti karena terjadinya pengangkatan yang membentuk tinggian Meratus. Pada Pliosen – Plistosen proses pendaratan berlangsung kembali dan terbentuklah Formasi Dahor.
Secara tektonostratigrafi himpunan batuan dalam lembar Sampanahan dapat dipisahkan dalam tiga satuan umur; Prakapur Akhir, Kapur Akhir dan Pascakapur atau Tersier. Ketiga himpunan tersebut dipisahkan satu dengan yang lain oleh ketidakselarasan (Heryanto dkk., 1997, 2003). Satuan pertama terdiri atas batuan ultrabasa, rijang radiolarian, sekis dan batugamping Batununggal. Sentuhan sesar antar satuan, suatu fitur umum dalam kompleks imbrikasi mencirikan satuan ini. Kecuali batugamping Batununggal, batuan ultrabasa dan batuan malihan dalam satuan tertua ini telah diterobos oleh batuan granit Batangalai yang berumur Kapur Awal. Pada awal Kapur Akhir terjadi suatu deformasi. Akibatnya satuan batuan yang diendapkan setelah proses tektonika tersebut menindih tak selaras satuan batuan Prakapur seperti diindikasikan oleh kehadiran fragmen batuan Prakapur dalam batuan yang menindihnya.
Satuan Kapur Akhir meliputi batuan sedimen kelompok Pitap dan batuan gunung api kelompok Haruyan (Heryanto dkk., 1997, 1998). Secara stratigrafis kedua kelompok menunjukkan hubungan menjemari. Di lembar Belimbing kelompok Pitap dapat dibedakan ke dalam formasi – formasi Pudak, Keramaian dan Manunggal yang hubungan stratigrafisnya saling menjemari. Kelompok Haruyan terdiri atas formasi – formasi Pitanak dan Paau. Pada kala Paleosen terjadi lagi suatu deformasi penting yang menyesarkan satuan – satuan Pratersier dan batuan – batuan Tersier kemudian diendapkan secara tak selaras diatasnya. Sementara itu, satuan batuan termuda terdiri atas himpunan – himpunan batuan Tersier dan Kuarter.
Selama Kapur Akhir pengendapan terjadi di lereng bawah laut yang membentuk endapan kipas yang disatukan oleh kelompok Pitap (Heryanto dkk., 2003). Pada saat yang sama, terjadi kegiatan gunung api bawah laut yang memasok bahan gunung api pembentuk kelompok Haruyan. Pada paleosen Awal terjadi penerobosan granodiorite yang diikuti oleh pengangkatan, pengerosian dan pendaratan atau peneplinasi. Kegiatan ini berlangsung sampai Eosen hingga terbentuk endapan darat formasi Tanjung. Kemudian pada Oligosen terjadi genang laut yang menghasilkan batugamping formasi Berai dan formasi Bebulu. Kejadian ini dibarengi oleh pengendapan sedimen silisiklastika formasi Pamaluan. Pada Miosen Tengah terjadi uatu susut laut yang menghasilkan formasi – formasi Warukin dan Pulubalang.
Pada Miosen Akhir pengendapan terhenti karena terjadinya pengangkatan yang membentuk tinggian Meratus. Pada Pliosen – Plistosen proses pendaratan berlangsung kembali dan terbentuklah Formasi Dahor.
SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI
Bahan galian yang berpotensi di daerah ini
antara lain bijih besi, emas, batubara dan indikasi minyak bumi (rembesan).
Bahan bangunan terdapat granit dan batugamping.
Peta geologi lembar Sampanahan dapat di download pada link berikut : 1813 Sampanahan
Peta geologi lembar Sampanahan dapat di download pada link berikut : 1813 Sampanahan
Referensi
R. Heryanto, S. Supriatna, E. Rustandi and
Baharuddin. Geological Map of the Sampanahan, Kalimantan. 2007.