STRATIGRAFI
Berikut tatanan
stratigrafi untuk lembar Tarakan dan Sebatik, Kalimantan.
Qa ALUVIUM; terdiri atas
lumpur, lanau, pasir, kerikil dank oral. Merupakan endapan pantai, sungai dan
rawa.
TQps FORMASI SAJAU; terdiri atas
batupasir kuarsa, batulempung, batulanau, batubara, lignit dan konglomerat. Struktur
sedimen berupa perlapisan silang silur, bioturbasi dan parallel laminasi; mengandung
nodul besi dan fosil kayu; umumnya karbonan. Formas ini berumur Plio-Plistosen
berdasarkan kandungan fosil moluska (Beets, 1950) dan diendapkan pada
lingkungan fluvial sampai delta. Ketebalan formasi ini sekitar 600 – 2000 meter.
Tps FORMASI SINJIN; tersusun
atas perselingan tufa, breksi tufa, aglomerat dan lava andesit piroksin. Tufa mengandung
bongkah agate dan obsidian, berstruktur parallel laminasi dan flow banding. Lava
andesit porfiritik dan berstruktur aliran. Formasi Sinjin diperkirakan berumur
Pliosen. Formasi ini terletak tidak selaras di atas formasi Tabul dan menjemari
dengan formasi Sajau bagian bawah. Lokasi tipenya terdapat di daerah Muara
Sekatak dekat perbatasan dengan lembar Tanjung Selor.
Tmt FORMASI TABUL; tersusun atas
perselingan batulempung, batulumpur, batupasir, batugamping dan batubara di
bagian atas. Fosil petunjuk tidak ditemukan kecuali pecahan foraminfera besar Cycloclypeus sp. dan Operculina sp. yang berumur Miosen
Tengah. Berdasarkan kedudukannya dan adanya pecahan fosil tersebut formasi ini
diperkirakan Miosen Akhir dengan lingkungan pengendapan delta sampai laut
dangkal. Tebal formasi ini diperkirakan 600 meter. Formasi ini tertindih tidak
selaras oleh endapan gunung api formasi Sinjin.
Tmm FORMASI MELIAT; tersusun
atas perselingan batupasir, batulempung dan serpih dengan sisipan batubara. Berstruktur
graded bedding, bioturbasi dan mengandung nodule batugamping. Kandungan fosil
terdiri atas; Globigerina bulloides,
Globigerinoides obliquus. Operculina sp. dan Flosculinella bernensis yang menunjukkan umur Miosen Tengah
(Purnamaningsih, 1990). Formasi ini diduga diendapkan pada lingkungan laut
dangkal sampai delta atau paralik. Tebal formasi ini sekitar 800 – 1000 meter. Formasi
ini ditindih selaras oleh formasi Tabul.
Tomm FORMASI NAINTUPO; tersusun
atas perselingan napal, batupasir dan batulempung dengan sisipan batugamping
dan konglomerat. Kandungan fosil terdiri dari foraminifera besar dan kecil
antara lain; Lepidocyclina sp., (eulepidina) ephipiodes JONES and
CHAPMAN, Spiroclypeus margartiatus (SCHLUMBERGER),
Operculina sp., Lepidocyclina sumatrensis BRADY, Cycloclypeus sp., Amphistegina
sp. dan Globigerina cf selli dan Eponides. Formasi ini berumur Oligosen –
Miosen Awal dan diendapkan di daerah laut dangkal (Purnamaningsih, 1990). Tebal
formasi ini sekitar 500 – 700 meter. Lokasi tipenya di daerah Naintupo, Tidung,
Sebuku, Kalimantan Timur. Formasi ini ditindih secara selaras oleh formasi
Meliat.
Tomj FORMASI JELAI; tersusun atas
perselingan breksi gunung api dan tufa dengan sisipan lava andesit. Umurnya tidak
diketahui pasti, mungkin sama dengan formasi Langap fasies vulkanik yang
berumur Oligosen – Miosen yang terendapkan di lingkungan darat. Formasi Jelai
menindih selaras formasi Sembakung. Hubungannya dengan formasi yang lain tidak
diketahui.
Tes FORMASI SEMBAKUNG; tersusun
atas perselingan batupasir, batugamping, batulanau, batulempung, serpih dan
batugamping foraminifera. Batupasir berstruktur perlapisan silang silur. Kandungan
fosil foraminifera antara lain; Nummulites
sp., Heterostegina sp., Fasciolites sp., Globigerina sp. dan Globorotalia
sp. yang menunjukkan umur Eosen dengan lingkungan pengendapan dekat pantai,
laut dangkal sampai laut dalam (Buchan, 1971). Formasi ini tertindih tak selaras
oleh formasi Naintupo.
Mzb FORMASI BENGARA; tersusun
atas perselingan batulempung, batulanau dan serpih sangat keras dengan sisipan
tufa yang umumnya terkersikkan dan setempat termalihkan. Berstruktur parallel laminasi
bergelombang. Formasi ini adalah batuan alas yang berumur Mesozoikum yang
merupakan endapan turbidit distal di laut dalam. Satuan ini ditutupi secara
selaras oleh formasi Sembakung.
Qpi SUMBAT DAN RETAS; terdiri
atas andesit, basal dan dasit. Andesit porfiritik dengan fenokris plagioklas
dan piroksin dalam massa dasar halus yang mengandung plagioklas, kuarsa,
piroksin, hornblende, bijih dank aca gunung api; sebagian terkloritkan. Basal berbutir
halus – afanitik. Dasit porfiritik dengan fenikros plagioklas, kuarsa dan
muskovit dalam massa dasar plagioklas dan kuarsa. Terkarbonatkan dan
seritisasi. Batuan ini menerobos formasi Sinjin dan diduga berumur Pleistosen.
Tomi BATUAN TEROBOSAN GRANITAN;
terdiri atas granodiorite, tonalit dan diorite. Granodiorite berbutir sedang –
kasar mengandung plagioklas, kalium feldspar, kuarsa, hornblende, biotit,
klorit, kalsit, epidot dan bijih. Tonalit berbutir sedang – kasar mengandung
plagioklas, kuarsa, hornblende, biotit, klorit, kalsit dan bijih. Batuan ini
menerobos formasi Jelai sehingga di duga berumur Oligosen sampai Miosen Akhir
dan menyebabkan mineralisasi di lembar ini.
![]() |
Gambar : Korelasi Satuan Peta Geologi Lembar Tarakan dan Sebatik, Kalimantan |
STRUKTUR DAN TEKTONIKA
Struktur geologi
yang terdapat di lembar Tarakan dan Sebatik adalah lipatan, sesar dan
kelurusan. Lipatan berupa antiklin dan sinklin dengan sumbu lipatan berarah
batarlaut – tenggara dan melibatkan semua formasi batuan di lembar ini. Sesar yang
dijumpai pada umumnya berupa sesar normal yang sebagian merupakan hasi pengaktifan
kembali sesar – sesar yang telah terbentuk sebelumnya. Sesar dan kelurusan
umumnya berarah baratlaut – tenggara dan beberapa berarah baratdaya –
timurlaut. Dibeberapa tempat sesar – sesar ini ditempati batuan beku.
Dari hasil pengamatan struktur sedimen dan komposisi batuan Tersier pada umumnya diduga daerah lembar Tarakan dan Sebatik telah mengalami beberapa kali kegiatan tektonik. Pengendapan kala Tersier diawali oleh pengendapan batugamping foraminifera dan sedimen turbidit dari formasi Sembakung pada lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Penangkatan daratan Sunda yang berlangsung pada Akhir Eosen telah diikuti oleh penurunan dasar cekungan secara perlahan – lahan mulai dari kala Oligosen sampai Miosen Akhir. Periode ini merupakan masa pengendapan dalam pola regresi hampir diseluruh cekungan Tarakan yang menghasilkan endapan paralik sampai laut dalam yang membentuk runtunan batuan dari formasi Naintupo, Meliat dan Tabul. Bersama dengan periode ini di daerah daratan terjadi kegiatan gunung api dan magmatic yang menghasilkan batuan gunung api formasi Jelai dan terobosan batuan beku granitan. Periode tektonik selanjutnya berlangsung pada Miosen Akhir atau Pliosen Awal sampai kala Plistosen. Fase ini merupakan masa terjadinya kegiatan pengangkatan kembali tepi cekungan yang ditandai dengan pembentukan endapan paralik – fluvial delta seperti batupasir, batubara dan batugamping dari formasi Sajau. Pada masa ini juga di daerah daratan terjadi kegiatan gunung api yang menghasilkan batuan gunung api dari formasi Sinjin dan terobosan andesit, dasit dan basal yang berupa stok dan dike. Kegiatan tektonik terakhir terjadi pada kala Plistosen yang menghasilkan perlipatan dan sesar yang membentuk struktur geologi seperti sekarang.
Dari hasil pengamatan struktur sedimen dan komposisi batuan Tersier pada umumnya diduga daerah lembar Tarakan dan Sebatik telah mengalami beberapa kali kegiatan tektonik. Pengendapan kala Tersier diawali oleh pengendapan batugamping foraminifera dan sedimen turbidit dari formasi Sembakung pada lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Penangkatan daratan Sunda yang berlangsung pada Akhir Eosen telah diikuti oleh penurunan dasar cekungan secara perlahan – lahan mulai dari kala Oligosen sampai Miosen Akhir. Periode ini merupakan masa pengendapan dalam pola regresi hampir diseluruh cekungan Tarakan yang menghasilkan endapan paralik sampai laut dalam yang membentuk runtunan batuan dari formasi Naintupo, Meliat dan Tabul. Bersama dengan periode ini di daerah daratan terjadi kegiatan gunung api dan magmatic yang menghasilkan batuan gunung api formasi Jelai dan terobosan batuan beku granitan. Periode tektonik selanjutnya berlangsung pada Miosen Akhir atau Pliosen Awal sampai kala Plistosen. Fase ini merupakan masa terjadinya kegiatan pengangkatan kembali tepi cekungan yang ditandai dengan pembentukan endapan paralik – fluvial delta seperti batupasir, batubara dan batugamping dari formasi Sajau. Pada masa ini juga di daerah daratan terjadi kegiatan gunung api yang menghasilkan batuan gunung api dari formasi Sinjin dan terobosan andesit, dasit dan basal yang berupa stok dan dike. Kegiatan tektonik terakhir terjadi pada kala Plistosen yang menghasilkan perlipatan dan sesar yang membentuk struktur geologi seperti sekarang.
SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI
Endapan mineral
dilembar ini terdiri dari emas plaser yang terdapat di daerah aliran dekat
tubuh granodiorite dan endapan gunung api formasi Jelai. Penduduk setempat
mendulang emas di daerah Bengara, Sekatak Buji dan sekitarnya. Selain itu
kemungkinan emas primer hadir di daerah ini dan berhubungan dengan proses hidrotermal
dan metasomatic karena intrusi tersebut.
Sumberdaya energy terdiri dari minyak dan gas yang dihasilkan masing – masing dari Pulau Tarakan dan Bunyu. Lignit dan batubara mungkin merupakan bahan bakar fosil yang berpengharapan dimasa dating. Endapan tersebut ditemukan dalam formasi Sajau dan Tabul di Pulau Tarakan, Mandul dan Bunyu atau di daratan Kalimantan. Batubara dari formasi Sajau lebih tebal dari formasi Tabul yang umumnya berada di bawah permukaan air.
Peta geologi lembar tarakan dan sebatik dapat di download pada link berikut ini : 1919-1920 Tarakan dan Sebatik
Sumberdaya energy terdiri dari minyak dan gas yang dihasilkan masing – masing dari Pulau Tarakan dan Bunyu. Lignit dan batubara mungkin merupakan bahan bakar fosil yang berpengharapan dimasa dating. Endapan tersebut ditemukan dalam formasi Sajau dan Tabul di Pulau Tarakan, Mandul dan Bunyu atau di daratan Kalimantan. Batubara dari formasi Sajau lebih tebal dari formasi Tabul yang umumnya berada di bawah permukaan air.
Peta geologi lembar tarakan dan sebatik dapat di download pada link berikut ini : 1919-1920 Tarakan dan Sebatik
Referensi
S. Hidayat,
Amiruddin and D. Satrianas. Geological Map of the Tarakan and Sepatik Sheet,
Kalimantan. 1995.