Berikut
penjelasan peta geologi lembar Ujungpandang, Benteng dan Sinjai yang meliputi
geomorfologi, stratigrafi, tektonik dan sumberdaya mineral .
GEOMORFOLOGI
Bentuk morfologi yang menonjol di
daerah lembar ini adalah kerucut gunungapi Lompobatang. yang menjulang mencapai
ketinggian 2876 m di atas muka laut. Kerucut gunungapi dari kejauhan masih
memperlihatkan bentuk aslinya. dan menempati lebih kurang 1/3 daerah lembar.
Pada potret udara terlihat dengan jelas adanya beberapa kerucut parasit, yang
kelihatannya lebih muda dan kerucut induknya bersebaran di sepanjang jalur
utara-selatan melewati puncak G. Lompobatang. Kerucut gunungapi Lompobatang ini
tersusun oleh batuan gunungapi berumur Plistosen.
Dua buah bentuk kerucut tererosi yang
lebih sempit sebarannya terdapat di sebelah barat dan sebelah utara G.
Lompobatang. Di sebelah barat terdapat G. Baturape, mencapai ketinggian 1124 m
dan di sebelah utara terdapat G. Cindako, mencapai ketinggian 1500 m. Kedua
bentuk kerucut tererosi ini disusun oleh bawan gunungapi berumur Pliosen.
Di bagian utara lembar tendapat 2
daerah yang tercirikan oleh topografi kras yang di bentuk oleh batugamping
Formasi Tonasa. Kedua daerah bertopografi kras ini dipisahkan oleh pegunungan
yang tersusun oleh batuan gunungapi berumur Miosen sampai Pliosen.
Daerah sebelah barat G. Cindako dan
sebelah utara G. Baturape merupakan daerah berbukit. kasar di bagian timur dan halus di bagian
barat. Bagian timur mencapai ketinggian. kina-kira 500 m, sedangkan bagian barat kurang, dan 50 m di atas
muka laut dan hampir merupakan suatu datanan. Bentuk morfologi ini disusun oleh
batuan klastika gunungapi berumur Miosen. Bukit-bukit memanjang yang tersebar
di daerah ini mengarah ke G. Cindako dan G. Baturape berupa retas-retas basal.
Pesisir barat merupakan daratan
rendah yang sebagian besar terdiri dari daerah rawa dan daerah pasang-surut.
Beberapa sungai besar membentuk daerah banjir di dataran ini. Bagian
timurnya terdapat buki-bukit terisolir yang tersusun oleh batuan
klastika gunungapi berumur Miosen dan Pliosen. Pesisir baratdaya ditempati oleh
morfologi berbukit memanjang rendah dengan arah umum kirar-kira
baratlaut-tenggara. Pantainya berliku - liku membentuk beberapa teluk, yang
mudah dibedakan dari pantai di daerah lain pada lembar ini. Daerah ini disusun
oleh batuan karbonat dari Formasi Tonasa.
Secara fisiografi pesisir timur
merupakan penghubung antara Lembah Walanae di utara, dan Pulau Salayar di
selatan. Di bagian utara, daerah berbukit rendah dari Lembah Walanae menjadi
lebih sempit dibanding yang di (Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat)
dan menerus di sepanjang pesisir timur Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai
ini. Pegunungan sebelah timur dan Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat
berakhir di bagian utara pesisir timur lembar ini.
Bagian selatan pesisir timur
membentuk suatu tanjung yang ditempati sebagian besar oleh daerah berbukit
kerucut dan sedikit topografi kras.
Bentuk morfologi semacam ini ditemukan pula di bagian baratlaut P.
Salayar. Teras pantai dapat diamati di daerah ini sejumlah antara 3 dan 5 buah.
Bentuk morfologi ini disusun oleh batugamping berumur Miosen Akhir-Pliosen.
Pulau Selayar mempunyai bentuk memanjang utara-selatan,
yang secara fisiografi merupakan lanjutan dari pegunungan sebelah timur di
Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat. Bagian timur rata-rata berdongak
lebih tinggi dengan puncak tertinggi 608 m, dan bagian barat lebih rendah. Pantai timur rata-rata terjal
dan pantai barat landai secara garis besar membentuk morfologi lereng-miring ke
anah barat.
STRATIGRAFI
Satuan batuan tertua yang telah
diketahui umurnya adalah batuan sedimen flysch Kapur Atas yang dipetakan
sebagai Formasi Marada (Km) Batuan malihan (s) belum diketahui umurnya, apakah
lebih tua atau lebih muda dari pada Formasi Marada; yang jelas diterobos oleh
granodiorit yang diduga berumur Miosen (19 ± 2 juta tahun). Hubungan Formasi Marada dengan satuan
batuan yang lebih muda, yaitu Formasi Salo Kalupang dan Batuan Gunungapi
Terpropilitkan tidak begitu jelas, kemungkinan tak selaras.
Formasi Salo Kalupang (Teos) yang
diperkirakan berumur Eosen Awal -Oligosen Akhir berfasies sedimen laut, dan
diperkirakan setara dalam umur dengan
bagian bawah Formasi Tonasa (Temt).
Formasi Salo Kalupang terjadi di sebelah timur Lembah Walanae dan Formasi
Tonasa terjadi di sebelah baratnya.
Satuan batuan berumun Eosen Akhir
sampai Miosen Tengah menindih takselaras batuan yang lebih tua. Berdasarkan
sebaran daerah singkapannya, diperkirakan batuan karbonat yang dipetakan
sebagai Formasi Tonasa (Temt) tenjadi pada daerah yang luas di lembah ini.
Formasi Tonasa ini diendapkan sejak Eosen Akhir berlangsung hingga Miosen
Tengah, menghasilkan endapan karbonat yang tebalnya tidak kurang dan 1750 m.
Pada kala Miosen Awal rupanya terjadi endapan batuan gunungapi di daerah timur
yang menyusun Batuan Gunungapi Kalamiseng (Tmkv).
Satuan batuan berumur Miosen Tengah
sampai Pliosen menyusun Formasi Camba (Tmc) yang tebalnya mencapai 4.250 m dan
menindih tak selaras batuan-batuan yang lebih tua. Formasi ini disusun oleh
batuan sedimen laut berselingan dengan klastika gunungapi, yang menyamping
beralih menjadi dominan batuan gunungapi (Tmcv). Batuan sedimen laut berasosiasi dengan karbonat mulai
diendapkan sejak Miosen Akhir sampai Pliosen di cekungan Walanae, daerah timur,
dan menyusun Formasi Walanae (Tmpw) dan Anggota Salayar (Tmps).
Batuan gunungapi berumur Pliosen
terjadi secara setempat, dan menyusun Batuan Gunungapi Baturape - Cindako
(Tpbv). Satuan batuan gunungapi yang termuda adalah yang menyusun Batuan
Gunungapi Lompobatang (Qlv), berumur Plistosen. Sedimen termuda lainnya adalah
endapan aluvium dan pantai (Qac).
Endapan Permukaan
Qac ENDAPAN ALUVIUM, RAWA DAN PANTAI: kerikil.
pasir, lempung, lumpur dan batugamping koral.
Terbentuk dalam lingkungan sungai,
rawa, pantai dan delta. Di sekitar Bantaeng, Bulukumba dan S. Berang endapan
aluviumnya terutama terdiri dari rombakan batuan gunungapi G. Lompobatang: di
dataran pantai barat terdapat endapan rawa yang sangat luas.
Batuan Sedimen dan Batuan Gunungapi
Km FORMASI MARADA (TM. VAN LEEUWEN, 1974):
batuan sedimen bersifat flysch: perselingan. batupasir, batulanau, arkose.
Grewake, serpih dan konglomerat; berisipan batupasir dan batulanau gampingan.
tufa, lava dan breksi yang bersusunan basal. andesit dan trakit.
Batupasir dan batulanau berwarna
kelabu muda sampai kehitaman; serpih berwarna kelabu tua sampa coklat tua;
konglomerat tersusun oleh andesit dan basal; lava dan breksi terpropilitkan
kuat dengan mineral sekunder berupa karbonat, silikat, serisit. klorit dan
epidot.
Fosil globotruncana, dari
batupasir gampingan yang dikenal oleh PT Shell menunjukKan umur Kapur Akhir,
dan diendapkan di lingkungan neritik dalam (T.M. van Leeuwen, hubungan
tertulis, 1975 . Formasi ini diduga tebalnya tidak kurang dari 1000 m.
Teos FORMASI SALO KALUPANG: batupasir, serpih dan batulempung berselingan.
dengan konglomerat gunungapi, breksi dan tufa. bersisipan lava. batugamping dan
napal: batulempung. serpih dan batupasirnya di beberapa tempat dicirikan oleh
warna merah, coklat, kelabu dan hitam; setempat mengandung fosil moluska dan
foraminifera di dalam sisipan batugamping dan napal; pada umumnya gampingan,
padat, dan sebagian dengan urat kalsit, sebagian dari serpihnya sabakan;
kebanyakan lapisannya terlipat kuat dengan kemiringan antara 20o -
75o.
Fosil dari Formasi Salo Kalupang yang
dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1974) pada contoh batuan Td. 140,
terdiri dari: Asterocyclina matanzensis COLE, Discocyclina dispansa (SOWERBY), D. javana (VERBEEK), Nummulites
sp., Pellatispira madaraszi (HANTKEN), Heterostegina saipanensis COLE,. Dan Globigerina sp. Gabungan fosil ini menunjukkan umur Eosen Akhir (Tb). Formasi Salo
Kalupang yang tersingkap di daerah Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat
mengandung fosil yang berumur Eosen Awal sampai Oligosen Akhir. Formasi ini
tebalnya tidak kurang dari 1500 m, sebagai lanjutan dari daerah lembar
Pangkajene dan Watampone Bagian Barat sebelah utaranya ; ditindih tak selaras
oleh batuan dari Formasi Walanae dan dibatasi oleh sesar dan batuan
gunungapi Tmkv.
Temt FORMASl TONASA: batugamping, sebagian
berlapis dan sebagian Pejal; koral, bioklastika, dan kalkarenit. dengan sisipan
napal globigerina.
Batugamping kaya foram besar,
batugamping pasiran,
setempat dengan moluska: kebanyakan putih dan
kelabu muda. sebagian
kelabutua dan coklat. Perlapisan baik setebal antara 10 cm dan 30 cm, terlipat lemah dengan
kemiringan lapisan rata-rata kurang dari 25o; di daerah Jeneponto banugamping berlapis berselingan dengan napal globigerina.
Fosil dari Formasi Tonasa dikenal:
oleh D. Kadar (hubungan tertulis. 1973, 1974, 1975;. dan oleh Purnamaningsih
(hubungan tertulis, 1974). Contoh-contoh yang dianalisa fosilnya adalah: La.8,
La.35, Lb.1, Lb.49, Lb83, Lc.44, Lc.97, Lc. 114, Td.37, Td.161, dan Td.167.
Fosil fosil yang dikenali termasuk: Discocyclina sp., Nummuliites sp,. Heterostegina sp,. Flosculineilla sp.,
Spirochypues sp., S. Orbitoides DOUVILLE, Lepidocyclina
sp., L. ephippiodes JONES
& CHAPMAN. L. verbeeki NEWTON & HOLLAND, L. cf. Sumatrensis
JONES & CHAPMAN, Miogypsina sp.,
Globigerina sp, Gn. triprtita
COCH, Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Amphistegina
sp.,Cycloclypeus sp.. dan Operculina
sp. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur berkisar dari Eosen sampai
Miosen Tengah (Ta - Tf). dan lingkungan pengendapan neritik dangkal sampai
dalam dan sebagian laguna.
Formasi ini tebalnya tidak kurang
dari 1750 m, tak selaras menindih batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv) dan
ditindih oleh Formasi Camba (Tmc); di
beberapa tempat diterobos oleh retas, sil dan stok bersusunan basal dan diorit;
berkembang baik di sekitar Tonasa di daerah Lembar Pangkajene dan Watampone
Bagian Barat, sebelah utaranya.
Tmc FORMASI CAMBA: batuan sedimen laut
berselingan dengan batuan gunungapi, batupasir tufaan benselingan dengan tufa
batupasir dan batulempung ; bersisipan napal, batugamping , konglomerat dan
breksi gunungapi. dan batubara.
Warna beraneka dari putih, coklat,
merah. kelabu muda sampai kehitaman umumnya mengeras kuat; berlapis-lapis
dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm. Tufa berbutir halus hingga
lapili; tufa lempungan berwarna merah mengandung banyak mineral biotit;
konglomenat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basal dengan ukuran
antara 2 cm
dan 30
cm; batugamping pasiran mengandung koral dan moluska; batulempung
kelabu tua dan napal mengandung fosil foram kecil; sisipan batubara setebal 40
cm ditemukan di S. Maros.
Fosil dari Formasi Camba yang dikenal
oleh D. Kadar (hubungan tertulis 1974,
1975) dan Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1975). pada contoh batuan
La.3. L.a.24, La.125, dan La.448/4, terdiri dari: Globorotalia mayeri CUSHMAN & ELLISOR,. Gl. praefoksi BLOW & MANNER, Gl. siakensis (LEROY), Flosculinella bontangensis (RUTTEN).
Globigerina venezuelana HEDBERG,.
Globoquadrina altispira
(CUSHMAN & JARWS). Orbulina universa D’ORBIGNY, O. suturalis BROWNIMANN
Cellantbus cratuculatus FICHTEL & MOLL, dan Elphidium advenum (CUSHMAN)
Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah (Tf). Lagi pula ditemukan
fosil foraminifera jenis yang lain, ostrakoda dan moluska dalam Formasi ini.
Kemungkinan Formasi Camba di daerah ini berumur sama dengan yang di Lembar
Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, yaitu Miosen Tengah sampai Miosen Akhir.
Formasi ini adalah lanjutan dari
Formasi Camba yang terletak di Lembar Pangkajene dan Bagian Barat Watampone
sebelah utaranya kira-kira 4.250 m
tebalnya, diterobos oleh retas basal piroksen setebal antara ½ - 30 m, dan
membentuk bukit-bukit memanjang Lapisan batupasir kompak (10 - 75 cm) dengan sisipan batupasir tufa (1 - 2 cm) dan konglomerat berkomponen
basal dan andesit, yang tersingkap di P. Salayar diperkirakan termasuk satuan
Tmc.
Tmcv Batuan Gunungapi Formasi Camba: breksi gunungapi, lava konglomerat dan
tufa berbutir halus hingga lapili bersisipan batuan sedimen laut berupa
barupasir tufaan, batupasir gampingan dan batulempung yang mengandung sisa
tumbuhan. Bagian bawahnya lebih banyak mengandung breksi gunungapi dari lava
yang berkomposisi andesit ban basal; konglomerat juga berkomponen andesit dan
basal dengan ukuran 3 -
50 cm; tufa berlapis baik, terdiri dari tufa litik, tufa kristal dan tufa vitrik. Bagian
atasnya mengandung ignimbrit bersifat trakit dan tefrit leusit; ignimbrit
berstruktur kekar meniang, berwarna kelabu kecoklatan dan coklat tua, tefrit
leusit berstruktur aliran dengan permukaan berkerak roti, berwarna hitam.
Satuan Tmcv ini termasuk yang dipetakan oleh T.M. van Leeuwen (hubungan
tertulis, 1978) sebagai Batuan Gunungapi Sopo, Batuan Gunungapi Pamusureng dan
Baruan Gunungapi Lemo. Breksi gunungapi yang tersingkap di P. Salayar mungkin
termasuk formasi ini; breksinya sangat kompak, sebagian gampingan; berkomponen
basal amfibol, basal piroksen dan andesit (0,5 — 30 cm), bermassa dasar tufa yang mengandung biotit dan piroksen.
Fosil yang dikenali oleh D. Kadar
(hubungan rertulis, 1971) dari lokasi A.75 dan A.76.b termasuk: Amphistegina
sp., Globigerinides, Operculina sp., Orbulina universa D’ORBIGNY,
Rotaila sp., dan Gastropoda. Penarikhan jejak belah dan contoh
ignimbrit menghasilkan umur 13 ± 2 juta tahun dan K-Ar dan contoh lava
menghasilkan umur 6,2 juta tahun (TM. van Leeuwen, hubungan tertulis, 1978).
Data paleontologi dan radiometri tersebut menunjukkan umur Miosen
Tengah sampai Miosen Akhir.
Satuan ini mempunyai tebal sekitar 2.500 m dan merupakan fasies
gunungapi dari pada Formasi Camba yang berkembang baik di daerah sebelah
utaranva Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat); lapisannya kebanyakan
terlipat lemah, dengan kemiringan kurang dari 20o; menindih tak
selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan batuan yang lebih tua.
Tmpw FORMASI WALANAE: penselingan
batupasir, konglomerat, dan tufa. dngan sisipan batulanau, batulempung,
batugamping, napal dan lignit;
Batupasir berbutir sedang sampai
kasar, umumnya gampingan dan agak kompak, berkomposisi sebagian andesit dan
sebagian lainnya banyak mengandung kuarsa; tufanya benkisar dari tufa breksi,
tufa lapili dan tufa kristal yang banyak mengandung biotit; konglomerat
berkomponen andesit, trakit dan basal, dengan ukuran ½ - 70 cm. rata-rata 10
cm.
Formasi ini terdapat di bagian timur,
sebagai lanjutan dari lembah S. Walanae di lembar Pangkajene dan Watampone
Bagian Barat sebelah utaranya. Di daerah urara banyak mengandung tufa, di
bagian tengah banyak mengandung batupasir, dan di bagian selatan sampai di P.
Salayar batuannya merjemari dengan batugamping Anggota Salayar (Tmps);
kebanyakan batuannya berlapis baik, terlipat lemah dengan kemiringan antara 10o
– 20o, dan
membentuk perbukitan dengan ketinggian rata-rata 250 m di atas muka laut; tebal
Formasi ini sekitar 2500 m. Di P. Salayar Formasi ini terutama terdiri dari
lapisan-lapisan batupasir tufaan (10 - 65 cm) dengan sisipan. napal;
batupasirnya mengandung kuarsa, biotit, amfibol dan piroksen.
Fosil dari Formasi Walanae yang
dikenali oleh Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1975) pada contoh batuan
La.457 dan La,468, terdiri dari: Globigerina sp., Globorotalia
menardi (D’ORBIGN’Y), Gl. tumida (BRADY). Globoquadrina altispira
(CUTSHMAN & JARVIS), Globigerinoides immaturus LEROY, Gl.
obliquus BOLLI dan Orbulina universa D’ORBIGNY. Gabungan fosil
tersebut menunjukkan umur berkisar dari Miosen Akhir sampai Pliosen, (N18 –
N20). Lagi pula ditemukan jenis foraminifera yang lain, ganggang, dan koral
dalam Formasi ini.
Tmps Anggota
Salayar Formasi Walanae: batugamping pejal, batugamping koral dan kalkarenit, dengan sisipan
napal dan batupasir gampingan; umumnya putih,bagian coklat dan merah; setempat
mengandung moluska.
Di
sebelah timur
Bulukumba dan di P. Salayar terlihat batugamping ini
relatif lebih muda dan pada batupasir
Formasi Walanae, tetapi di beberapa
tempat terlihat adanya hubungan menjemari. Fosil dari Anggota
Salayar yang di kenali oleh
Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1975) pada contoh batuan La.437, La.438 dan La.479, terdiri dari: Globigerinanaphentes TODD, Globorotalia acostaensis BLOW, Gl. dutertrei (D’ORBIGNY),Gl.
margaritae BOLLI & BERMUDEZ,
Gl. menardii (D’ORBIGNY), GL
scitaes (BRADY), Gl. tumiida (BRADY),
Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Gn. Dehiscens (CHAPMANN-PARRCOLLINS), Globigerinoides
extremus BOLLI & BERMUDEZ, Gd.
immaturus LEROY, Gd.
obliquus BOLLI, Gd. ruber:
(D’ORBIGNY), Gd. sacculifer (BRADY), Gd. trilobus (REUSS), Biorbulina bilobata (D’ORBIGNY),
Orbulina universa (D’ORBIGNY),
Hasdgerina aequiiateralis (BRADY), Pulleniatina primalis BANNER
& BLOW, Sphaeroidinellopsis
seminulina SCHWAGER dan Sp.
subdehiscens BLOW. Gabungan fosil
tersebut menunjukkan umur berkisar dan Miosen Akhir sampai Pliosen Awal (N16-N19).
Tebal
satuan diperkirakan sekitar 2000 m. Di Kp. Ara dan di ujung utara P. Salayar
ditemukan undak-undak pantai pada batugamping; paling sedikit ada 3 atau
4 undak pantai. Daerah batugamping ini
membentuk pebukitan rendah dengan ketinggian rata-rata 150 m, dan yang paling tinggi 400 m di P. Selayar.
Batuan Gunungapi
Tpv BATUAN GUNUNGAPI TERPRO PILITKAN: breksi, lava dan tufa.
Mengandung
lebih banyak tufa
di bagian atasnya dan lebih banyak lava di bagian bawahnya, kebanyakan bersifat andesit dan sebagian trakit; bersisipan serpih dan batugamping di bagian atasnya; koponen breksi
beraneka ukuran dari beberapa cm sampai lebih dan 50 cm, tersemen oleh tufa
yang kurang dan 50%; lava dan breksi berwarna kelabu tua sampai kelabu
kehijauan, sangat terbreksikan dan terpropilitkan, mengandung bank-bank karbonat dan
silikat.
Satuan ini tebalnya sekitar 400 m,
ditindih tak selaras oleh batugamping Eosen Formasi Tonasa, dan diterobos oleh
batuan granodiorit (gd); disebut Batuan Gunungapi Langi oleh van Leeuwen
(1974). Penarikhan jejak belah sebuah contoh tufa dari bagian bawah satuan
menghasilkan umur - 63 juta tahun
atau Paleosen (T.M.van Leeuwen, hubungan tertulis, 1978).
Tmkv BATUAN GUNUNGAPI KALIMISENG: lava dan breksi, dengan sisipan
tufa; batupasir, batulempung dan napal.
Kebanyakan bensusunan basal dan sebagian andesit, kelabu tua hingga kelabu
kehijauan, umumnya tansatmata, kebanyakan terubah. amigdaloidal dengan
mineral sekunder karbonat dan silikat;
sebagian lavanya menunjukkan struktur bantal.
Satuan
batuan ini tersingkap
di sapanjang daerah pegunungan
sebelah timur Lembah Walanae. sebagai lanjutan dan Tmkv yang tersingkap
bagus di daerah sebelah utaranya (Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian
Barat); terpisahkan oleh jalur sesar
dari batuan sedimen dan karbonat
Formasi Salo Kalupang (Eosen — Oligosen) di bagian baratnya; diterobos
oleh retas dan stok bensusunan basal, andesit dan diorit. Satuan batuan ini
diperkirakan beramur Miosen Awal; tebal
satuan di lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat tidak kurang dari 4250 m.
Tpbv BATUAN GUNUNGAPI BATURAPE CINDAKO: lava dan breksi, dengan sisipan
sedikit tufa dan konglomerat.
Bersusunan basal, sebagian besar
porfiri dengan fenokris piroksen besar-besar sampai 1 cm dan sebagian kecil
tansatmata, kelabu tua kehijauan hingga hitam warnanya; lava sebagian berkekar
maniang dan sebagian berkekar lapis, pada umumnya breksi berkomponen kasar,
dari 15 cm sampai 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, dengan semen tufa
berbutir kasar sampai lapili, banyak mengandung pecahan piroksen.
Kompleks terobosan diorit berupa stok dan retas di
Baturape dan Cindako diperkirakan merupakan bekas pusat erupsi (Tpbc); batuan di sekitarnya terubah
kuat, amigdaloidal dengan mineral sekunder zeolit dan kalsit: mineral galena di
Baturape kemungkinan berhubungan dengan terobosan diorit ini; daerah sekitar
Baturape dan Cindako batuannya didominasi oleh lava Tpbl. Satuan ini tidak kurang dari 1250 m tebalnya dan berdasarkan
posisi stratigrafinya kira-kira berumur Pliosen Akhir.
Qlv BATUAN GUNUNGAPI LOMPOBATANG: aglomerat,
lava. breksi, endapan lahar dan tufa.
Membentuk kerucut gunungapi strato
dengan puncak tertinggi 2950 m di atas muka laut; batuannya sebagian besar
berkomposisi andesit dan sebagian basal, lavanya ada yang berlubang -
lubang seperti yang
di sebelah barat Sinjai dan ada yang berlapis; lava yang terdapat
kira-kira 2½ km sebelah utara Bantaeng berstruktur bantal; setempat breksi dan
tufanya mengandung banyak biotit.
Bentuk morfologi tubuh gunungapi
masih jelas dapat dilihat pada potret udara: (Qlvc) adalah pusat erupsi yang
memperlihatkan bentuk kubah lava; bentuk kerucut parasit memperlihatkan paling
sedikit ada 2 perioda kegiatan erupsi, yaitu Qlvpl dan Qlvp2. Di daerah sekitar
pusat erupsi batuannya terutama terdiri dari lava dan aglomerat (Qlv), dan di
daerah yang agak jauh terdiri terutama dan breksi, endapan lahar dan tufa
(Qlvb). Berdasarkan posisi stratigrafinya diperkirakan batuan gunungapi ini
berumur Plistosen.
Batuan Terobosan
gd GRANODIORIT: terobosan
granodiorit, batuannya berwarna kelabu muda, di bawah mikroskop terlihat adanya
felspar, kuarsa, biotit, sedikit piroksen dan hornblende, dengan mineral
pengiring zirkon, apatit dan magnetit; mengandung senolit bersifat diorit,
diterobos retas aplit, sebagian yang lebih bersifat diorit mengalami
kaolinisasi.
Batuan terobosan ini tersingkap di
sekitar Birru, menerobos batuan dari Formasi Marada (Km) dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), tetapi
tidak ada kontak dengan batugamping Formasi Tonasa (Temt). Penarikan jelak
belah dari contoh granodiorit yang menghasilkan umur 19 ± 2 juta tahun
memberikan dugaan bahwa penerobosan batuan ini berlagsung di Kala Miosen Awal
(T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis, 1978).
d DIORIT: terobosan diorit, kebanyakan berupa
stok dan sebagian retas atau sill; Singkapannya ditemukan di sebelah timur
Maros, menenobos batugamping Formasi Tonasa (Temt); umumnya berwarna kelabu,
bertekstur porfiri, dengan fenokris amfibol dan biotit, sebagian berkekar
meniang.
Penarikhan Kalium Argon pada biotit
dan aplit (lokasi 2) dan diorit (lokasi 3) menunjukkan umur masing-
masing 9.21 dan 7,74 juta tahun atau Miosen. Akhir. (J.D. Obradovich
hubungan tertulis. 1974).
t/a TRAKIT DAN ANDESIT: terobosan trakit dan andesit berupa retas dan stok.
Trakit berwarna putih, bertekstur
porfiri dengan fenokris sanidin sampai
sepanjang 1 cm; andesit berwarna kelabu tua, bertekstur porfiri dengan fenokris
amfibol dan biotit. Batuan ini tersingkap di daerah sebelah baratdaya Sinjai,
dan menerobos batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv).
BASAL: terobosan basal berupa retas,
sill dan stok, bertekstur porfir dengan fenokris piroksen kasar mencapai ukuran
lebih dan 1 cm, berwarna kelabu tua kehitaman dan kehijauan; sebagian dicirikan
oleh struktur kekar meniang, beberapa di antaranya mempunyai tekstur gabro.
Terobosan basal di sekitar Jene Berang berupa kelompok retas yang mempunyai
arah kira- kira radier memusat ke Baturape dan Cindako ; sedangkan yang di
sebelah utara Jeneponto berupa stok.
Semua terobosan basal menerobos
batuan dan Formasi Camba (Tmc). Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal dari
lokasi 1 dan 4, dan gabro dari lokasi 5 menunjukkan umur masing-masing 7,5.
6,99 dan 7,36 juta tahun, atau Miosen Akhir (Indonesia Gulf Oil Co., hubungan
tertulis, 1972; J.D. Obradovich, hubungan tertulis, 1974). lni menandakan bahwa kemungkinan besar
penerobosan basal berlangsung sejak Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir.
Batuan Malihan
s BATUAN MALIHAN KONTAK:
batutanduk yang berkomposisi mineral-mineral antofilit. kordiorit, epidot,
garnet, kuarsa, felspar, muskovit dan karbonat.
Berwarna kelabu kehiauan sampai hijau
tua, tersingkap daerah yang sempit (±2 km2), pada kontak dengan
granodiorit (gd) dan dibatasi oleh sesar dari batuan gunungapi Tmcv. Batutanduk
ini mengandung banyak lensa magnetit.
![]() |
Gambar : Korelasi Satuan Peta Geologi Lembar Ujungpandang, Benteng dan Sinjai |
TEKTONIK
Batuan tertua yang tersingkap di
daerah ini adalah sedimen flysch Formasi Marada, berumur Kapur Atas. Asosiasi
batuannya memberikan petunjuk suatu endapan lereng bawah laut, ketika Kegiatan
magma berkembang menjadi suatu gunungapi pada waktu kira-kira 63 juta tahun,
dan menghasilkan Batuan Gunungapi Terpropilitkan.
Lembah Walanae di lembar Pangkajene
dan Watampone Bagian Barat sebelah utaranya menerus ke Lembar Ujung Pandang,
Benteng dan Sinjai, melalui Sinjai di pesisir timur Lembah ini memisahkan
batuan berumur Eosen. yaitu sedimen klastika Formasi Salo Kalupang di sebelah
timur dan sedimen karbonat Formasi Tonasa di sebelah baratnya.
Rupanya pada Kala Eosen daerah
sebelah barat Lembah Walanae menapakan suatu paparan laut dangkal, dan daerah
sebelah timurnya merupaKan suatu cekungan sedimentasi dekat daratan.
Paparan laut dangkal Eosen meluas
hampir ke seluruh daerah lembar peta, yang buktinya ditunjukkan oleh sebaran
Formasi Tonasa di sebelah barat Birru, sebelah timur Maros dan di sekitar
Takalar. Endapan paparan berkembang selama Eosen sampai Miosen Tengah.
Sedimentasi klastika di sebelah timur Lembah Walanae rupanya berhenti pada
Akhir Oligosen, dan diikuti oleh kegiatan gunungapi yang menghasilkan Formasi
Kalamiseng.
Akhir dari pada kegiatan gunungapi
Eosen Awal diikuti oleh tektonik yang menyebabkan terjadinya pemulaan terban
Walanae. yang kemudian menjadi cekungan di mana Formasi Walanae terbentuk.
Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah dan
menurun perlahan selama sedimentasi sampai kala Pliosen.
Menurunnya cekungan Walanae dibarengi
oleh kegiatan gunungapi yang terjadi secara luas di sebelah baratnya dan
mungkin secara lokal di sebelah timurnya. Peristiwa ini terjadi selama Miosen
Tengah sampai Pliosen. Semula gunungapinya terjadi di bawah muka laut, dan kemungkinan sebagian muncul di
permukaan pada kala Pliosen. Kegiatan gunungapi selama Miosen meghasilkan
Formasi Camba, dan selama Pliosen menghasilkan Batuan Gunungapi
Baturape-Cindako.
Kelompok retas basal berbentuk radier
memusat ke G. Cindako dan G. Baturape, terjadinya mungkin berhubungan dengan
gerakan mengkubah pada kala Pliosen.
Kegiatan gunungapi di daerah ini
masih berlangsung sampai dengan kala Plistosen, meghasilkan Batuan Gunungapi
Lompobatang. Berhentinya kegiatan magma pada akhir Plistosen, diikuti oleh
suatu tektonik yang menghasilkan sesar-sesar en echelon (merencong) yang melalui G. Lompobatang berarah
utara-selatan. Sesar-sesar en echelon mungkin sebagai akibat dari suatu
gerakan mendatar dekstral dari pada batuan alas di bawah Lembah Walanae. Sejak
kala Pliosen pesisir- barat ujung lengan Sulawesi Selatan ini merupakan dataran stabil, yang
pada kala Holosen hanya terjadi endapan aluvium dari rawa-rawa.
SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI
Gejala mineralisasi didapatkan di
daerah Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai. Gosan mangan ditemukan berserakan di atas tanah lapukan
dari Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), dekat sentuhan dengan terobosan
granodiorit (gd). Hasil penyelidikan yang diiakukan oleh PT. Riotinto Bethlehen
Indonesia menunjukkan bahwa gosan mangan itu berasal dari prospek endapan bijih
logam dasar (van Leeuwen, 1974). Endapan timbal terjadi di daerah pinggiran
komplek terobosan diorit (Tpbc) pada Batuan Gunungapi Baturape-Cindako (Tpbv),
yang oleh perusahaan setempat telah ditambang sejak sebelum Perang Dunia ke-II.
Batugamping dari Formasi Tonasa yang
berlimpah memberikan cadangan bahan galian industri yang cukup besar.
Batugamping ini telah digunakan sebagai bahan baku untuk Pabrik Semen Tonasa
yang terletak di Pangkajene di sudut baratdaya lembar Pangkajene dan Watampone
Bagian Barat. Batuan beku berupa terobosan dan lava (basal, trakit, andesit,
diorit, granodorit) yang ditemukan di berbagai tempat baik sebagai bahan
bangunan fondasi.
Mataair panas dan mineral ditemukan
di beberapa tempat. Beberapa airpanas di sebelah baratdaya dan selatan Sinjai,
di antaranya ada yang bersuhu sampai 40oC (Purbo-Hadiwidjoyo, 1970).
Eksplorasi minyak dan gasbumi dilakukan oleh Gulf Oil Indonesia sejak 1967 di
beberapa tempat di darat dan di lepas pantai. Pemboran uji telah dilakukan baik
di pantai maupun di lepas pantai.
Peta geologi lembar Ujungpandang, Benteng dan Sinjai dapat di download pada link berikut ini : 2010-2109-2110 Ujungpandang
Referensi:
Korte, P.. 2924. Geologische verkenning in Saleier; unpubl. rept. GSI
Purbo-Hadiwidioyo 1970, Tentang pemeriksaan gerakan tanah di Kp. Salohe, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan unpubl. rept GSI, IS/Gth/165,
Sukamto, K., 1975, Geologic Map of Indonesia, sheet VIII Ujung Pandang, scale 1,000,000; Geological Survey of Indonesia.
t’Hoen, C. & K. Ziegler, 1917, Verslag over he resultaten van geologisch-mijnhouv-kundige verkenninger in Z.W. Celebesc jaarb. Mijnw. Verb. II, pp. 235—361,
van Leeuwen. TM., 1974, The geology of Birru area, South Sulawesi PT Riotinto Eethlehem Indonesia, unpubl. rept.