Berikut
penjelasan untuk peta geologi lembar Pangkajene dan Watampone bagian barat.
Pembahasan ini meliputi geomorfologi, stratigrafi, tektonika dan sumberdaya
mineral.
GEOMORFOLOGI
Di daerah Lembar Pangkajene dan
Watampone Bagian Barat terdapat dua baris
pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-barat laut dan
terpisahkan oleh lembah Sungai Walanae.
Pegunungan yang barat menempati hampir setengah luas daerah, melebar di bagian
selatan (50 km) dan menyempit di bagian utara (22 km). Puncak tertingginya 1694
m, sedangkan ketinggian rata-ratanya 1500 m. Pembentuknya sebagian besar batuan
gunungapi. Di lereng barat dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat
topografi kras, penceminan adanya batugamping. Di antara topografi kras di lereng
barat terdapat daerah pebukitan yang dibentuk oleh batuan Pra-Tersier.
Pegunungan ini di baratdaya dibatasi oleh dataran Pangkaiene-Maros yang luas
sebagai lanjutan dari dataran di selatannya.
Pegunungan yang di timur relatif lebih
sempit dan lebih rerdah, dengan
puncaknya rata-rata setinggi 700 m, dan yang tertinggi 787 m. Juga pegunungan
ini sebagian besar berbatuan gunungapi. Bagian selatannya selebar 20 km dan
lebih tinggi, tetapi ke utara meyempit dan merendah, dan akhirnya menunjam ke
bawah batas antara Lembah Walanae dan dataran Bone. Bagian utara pegunungan ini
bertopografi kras yang permukaannya sebagian berkerucut. Batasnya di timurlaut
adalah dataran Bone yang sangat luas, yang
menempati hampir sepertiga bagian timur.
Lembah Walanae yang memisahkan kedua
pegunungan tersebut di bagian utara selebar 35 Km. tetapi di bagian selatan hanya 10 km. Di tengah tendapat
Sungai Walanae yang mengalir ke utara Bagian selatan berupa perbukitan rendah
dan di bagian utara terdapat dataran aluvium yang sangat luas mengelilingi D.
Tempe.
STRATIGRAFI
Kelompok batuan tua yang umurnya belum diketahui
terdiri dari batuan ularabasa, batuan malihan dan batuan melange. Batuannya terbreksikan dan tergerus dan mendaun,
dan sentuhannya dengan formasi dl sekitarnya berupa sesar atau ketidselarasan.
Penarikhan radiometri pada sekis yang
menghasilkan 111 juta tanun
Kemungkinan menunjukkan peristiwa malihan akhir pada tektonik Zaman Kapur.
Batuan tua ini tertindih tak selaras oleh endapan flysch Formasi Balangbaru dan Formasi Marada yang tebalnya
lebih dari 2000 m dan
berumur Kapur Akhir. Kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu dengan
bukti adanya sisipan lava dalam flysch.
Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5-63,0 jt), dan diendapkan dalam lingkungan laut, menindih
tak selaras batuan flysch yang
berumur Kapur Akhir. Batuan sedimen Formasi Malawa yang sebagian
besar dicirikan oleh endapan darat dengan sisipan batubara, menindih tak
selaras batuan gunangai Paleosen dan batuan flysch Kapur Akhir. Ke atas
Formasi Malawa ini secara berangsur beralih ke endapan karbonat Formasi Tonasa
yang terbentuk secara menerus dari Eosen Awal sampai bagian bawah Miosen
Tengah. Tebal Formasi Tonasa lebih kurang 3000 m, dan melampar cukup luas mengalasi batuan gunungapi Miosen Tengah di
barat. Sedimen klastika Formasi Salo Kalupang yang Eosen sampai Oligosen
bersisipan batugamping dan mengalasi batuan gunungapi Kalamiseng Miosen Awal di
timur.
Sebagian
besar pegunungan, baik yang di barat maupun yang di timur,
berbatuan gunungapi. Di pegunungan yang
timur, batuan itu diduga berumur
Miosen Awal bagian atas yang
membentuk batuan Gunungapi Kalamiseng
Di lereng timur bagian utara pegunungan yang barat, terdapat batuan Gunungapi Soppeng yang diduga juga berumur Miosen Awal. batuan sedimen berumur Miosen Tengah sampai
Pliosen Awal berselingan dengan batuan gunungapi yang berumur antara 8,93-9,29 juta tahun. Secara bersama batuan itu menyusun Formasi Camba yang tebalnya sekitar 5000
m. Sebagian besar pegunungan yang
barat terbentuk dari Formasi Camba ini yang
menindih tak selaras Formasi
Tonasa.
Selama
Miosen akhir sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi Lembah Walanae di
endapkan sedimen klastika Formasi Walanae.
Batuan itu tebalnya sekitar 4500 m,
dengan bioherm batugamping koral
tumbuh di beberapa tempat
(batugamping Anggota Taccipi). Formasi, Walanae berhubungan menjemari dengan
bagian atas Formasi Camba.
Kegiatan gunungapi selama Miosen
Akhir sampai Pliosen Awal merupakan sumber bahan bagi Formasi
Walanae. Kegiatan gunungapi yang
masih terjadi di beberapa tempat selama Pliosen, dan menghasilkan batuan gunungapi Parepare
(4,25-4,95 juta tahun) dan Baturape-Cindako, juga merupakan sumber bagi formasi itu.
Terobosan
batuan beku yang terjadi di daerah itu semuanya berkaitan erat dengan kegiatan gunungapi tersebut.
Bentuknya berupa stok, sill dan retas, bersusunan beraneka dari basal, andesit, trakit, diorit dan
granodiorit. dan berumur berkisar dari
8.3 sampai 19 ± 2
juta tahun.
Setelah Pliosen Akhir, rupanya tidak
terjadi pengendapan yang berarti di daerah ini, dan juga tidak ada kegiatan gunungapi. Endapan undak di utara Pangkajene dan di beberapa
tempat di tepi Sungai Walanae,
rupanya terjadi selama Pliosen. Endapan
Holosen yang luas berupa aluvium
terdapat di sekitar D. Tempe,di
dataran Pangkajene-Maros dan di bagian
utara dataran Bone.
Endapan Permukaan
Qpt ENDAPAN UNDAK: kerikil, pasir dan lempung, membentuk dataran rendah bergelombang di sebelah utara Pangkajene. Terutama
berasal dari batua pra-tersier di sebelah timur Pangkajene. Satuan ini dapat
dibedakan secara morfologi dari endapan aluvium yang lebih muda. Satuan ini
barangkali dapat dinasabahkan dengan endapan undak di dekat sungai Walanae yang
mengandung tulang gajah purba yang berumur Plistosen; tidak terpetakan.
Lempung, pasir dan kerikil yang tidak terpetakan di daerah tata-sungai Walanae
mungkin termasuk satuan ini.
Qc TERUMBU KORAL: batugamping terumbu,
dibeberapa tempat di sepanjang pantai terangkat membentuk singkapan kecil. Yang
dipetakan hanya ditemukan di selatan Marek. Di dangkalan Spermonde terumbuh koral muncul ke atas muka laut, melampar kira-kira
60 km di lepas
pantai ke arah barat, dan kira-kira 50 km di lepas
pantai ke arah timur di bagian selatan Lembar.
Qac ENDAPAN ALUVIUM, DANAU DAN PANTAI:
lempung, lanau. lumpur pasir dan kerikil di sepanjang sungai besar, di
sekitar lekuk Danau Tempe, dan di sepanjang pantai.
Endapan pantai setempat mengandung
sisa kerang dan batugamping koral (Qc). Sisipan lempung laut yang mengandung
moluska (Arca,. Trocbus dan Cypraea) dan buncak besi terdapat di
sekitar Danau Tempe (t’Hoen & Ziegler, 1915). Undak sungai yang berumur
Plistosen (tak terpetakan) di Kampung Sompoh, dekat Sungai Walanae, mengandung
tulang gajah purba yang dikenali sebagai Archidiscodon celebensis (Hooijer,
1949).
Batuan Sedimen dan Bautan Gunungapi
Kb FORMASI BALANGBARU: sedimen tipe flysch;
batupasir berselingan dengan batulanau, batulempung dan serpih bersispan
konglomerat, batupasir konglomeratan. tufa dan Lava; batupasirnya bersusunan
grewake dan arkosa. sebagian tufaan dan gampingan: pada umumnva menunjukkan
struktur turbidit; di beberapa tempat di temukan konglomerat dengan susunan
basal, andesit, diorit. serpih, tufa terkersikkan, sekis, kuarsa, dan bersemen batupasir; pada umumnya padat
dan sebagian serpih terkersikkan. Di bawah mikroskop, batupasir dan batulanau
terlihat mengandung pecahan batuan beku, metasedimen dan rijang radiolaria. Daerah
baratlaut mengandung banyak batupasir dan ke arah tenggara, lebih banyak
batulempung dan serpih.
Baru-baru ini Labaratorium Total CTF
mengenali Globotruncana pada serpih -lanauan dari sebelah timur
Bantimala, dan pada grewake dari jalan antara Padaelo Tanetteriaja yang berumur Kapur Akhir (P.F Burollet, hubungan tertulis, 1979).
Formasi ini tebalnya sekitar 2000 m;
tertindih tak selaras batuan Formasi Mallawa dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan, dan menindih tak selaras Kompleks Tektonik Bantimala.
Km FORMASI MARADA (van Leeuwen.
1974): sedimen bersifat flysch; perselingan batupasir, batulanau,
arkosa, grewake. serpih dan konglomerat; bersisipan batupasir dan batulanau
gampingan, tufa. lava dan breksi
yang tersusun oleh basal, andesit dan trakit.
Batupasir dan batulanau berwarna kelabu muda sampai kehitaman; serpih berwarna kelabu tua sampai
coklat tua: konglomerat tersusun oleh kerikil andesit dan basal: lava dan
breksi terpropilitkan kuat dengan mineral sekunder berupa karbonat, silikat, serisit, klorit dan epidot.
Fosil Globotruncana dari batupasir
gampingan yang dikenali oleh PT Shell menunjukkan umur Kapur Akhir dan
diendapkan di lingkungan neritik dalam (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis.
1978). Formasi ini tebalnya lebih dari
1000 m.
Teos FORMASI SALO KALUPANG: batupasir, serpih dan batulempung. berselingan
dengan konglomerat gunungapi, breksi
dan tufa bersisipan lava, batugamping dan napal, batulempung. serpih dan
batupasir di beberara tempat tercirikan oleh warna merah, coklat, kelabu dan
hitam; setempat mengandung fosil
moluska dan foraminifera, terutama di dalam lapisan batugamping dan
napal pada umumnya gampingan. padat dan sebagian dengan urat kalsit, sebagian
serpihnya sabakan; kebanyakan lapisan terlipat
kuat dengan kemiringan antara 20° - 57°.
penampang di Salo Kalupang memperlihatkan lebih banyak
konglomerat di bagian barat, dengan komponen andesit dan basal. Di sebelah
timur Palatae tersingkap lebih banyak tufa dan batupasir daripada di SaLo Kalupang. Di timur Samaenre terdapat
lebih banyak singkapan serpih daripada di tempat lain; batuannya berwarna coklat kemerahan dan kelabu berselingan dengan
batugamping berlapis (Teol) dan
batupasir.
Fosil foraminifera yang
dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1971 dan 1974).
dan lokasi A.29.b. Tc.239.b dan Tc.239.d yang, diantaranya Discocyclina javana (VERBEEK), Nummulites sp. , N. gizehensis FORSKAL.
V pengaronensis (VERBEEK),
Heterostegina sp, Catapsydrax
unicavus BOLLI-LOEBLICH-TAPPAN, Globorotalia opima BOLLI. Globigerina binaensis KOCH, Gn. tripartita
BOLLI. Gn. tapuriensis BLOW & BANNER, Gn. venezuelana HEDBERG, ganggang dan lithothamnium. menunjukkan kisaran umur Eosen Awal - Oligosen Akhir. Tebal satuan ini diperkirakan
tidak kurang dari 4500 m.
Tem FORMASI MALAWA: batupasir, konglomerat,
batulanau. batulempung. dan napal, dengan sisipan lapisan atau lensa batubara dan batulempung; Batupasirnya sebagian besar batupasir kuarsa, ada pula yang arkosa, grewake. dan tufaan, umumnya berwarna kelabu
muda dan coklat muda; pada umumnya bersifat
rapuh, kurang padat; konglomeratnya sebagian kompak; batulempung.
batugamping dan napal umumnya mengandung moluska yang belum diperiksa, dan
berwarna kelabu muda sampai kelabu tua; batubara berupa lensa setebal beberapa sentimeter
dan berupa lapisan sampai 1,5 m.
Penelitian palinologi
terhadap sisipan batubara telah dilakukan oleh Asrar Khan (M.E - Scrutton,
Robertson Research, hubungan tertulis, 1974) dan oleh Robert H. Tschudy (Don E.
Wolcort, USGS, hubungan tertulis, 1973). Sepuluh buah contoh dari singkapan B.32
(a-f) dan B.54 (a-c, dan RR.10), daerah Tanetteriaja, dan sebuah dari dekat
galian lempung di Tonasa mengandung
fosil mikroflora sbb.: Acritarchs sp.,
Anacolosidites sp., Anno daceae
sp. Barringtonia sp, Betulaceae pollen, Bombacaceae sp., Compositae sp. Cyatbidites
sp., Dicolpopollis cf , D. kalewesis, D. verrucate, D. smooth, Dinoflagellates sp., Florscbuetzia trilobata,
Gunnera sp., Intratriporopollenites, Leotriletes sp., Monosulcate pollen, Monosulites sp., Myricaceae pollen, Olacacea sp.,
Palmea pollen, Psilamonoletes sp,. Retitricolpitesantonii. Retikutcbensis (VENKATCHALA
& KAR. 1968), Sapotaceoidacpollenites
sp., Sterculiaceae sp., Syncolporate
pollen, Tetraporina sp., Tricolpate pollen, Tricolpate verrucate pollen,
Triporate pollen. Verrucatosporites sp., Verrustriletesmajor.
dan Verrutricolporites
sp. Berdarsarkan fosil tersebut A . Khan dan R.H. Tschudy memperkirakan umur
Paleogen dengan lingkungan paralas sampai dangkal.
Berdasarkan fosil Ostrakoda dari
contoh batuan B.45/e. E. Hazel memperkirakan, umur Eosen (DL. Wolcort. USGS,
hubungan tertulis. 1973). Fosil Ostracoda
yang dikenali adalah: Bairdiiac sp,. Cytberella sp,. Cytberelloidea sp,.1 Cytberelloidea sp.2 Cytboropteron sp.1, Cytboropteron sp.2, Kritbinids sp,. Loxoconcba sp,.
Paijenborcbella sp,. Pokornyella sp,. Traciryleberis sp,. Dan xestoberis sp,.Tebal
formasi ini tidak kurang dari 400 m; tertindih
selaras oleh batugamping Temt. dan menindih tak Selaras batuan sedimen Kb dan batuan gunungapi Tpv.
Temt FORMASI TONASA: batugamping koral pejal sebagian
terhablurkan. Berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastika dan
kalkarenit. Berwarna putih coklat muda dan kelabu muda. sebagian berlapis baik, berselingan dengan napal
globigerina tufaan; bagian bawahnya
mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping
dan batugamping pasiran; di dekat,
Malawa, daerah Camba terdapat
batugamping yang mengandung
glaukonit, dan di beberapa
tempat di daerah Ralla ditemukan batugamping yang mengandung banyak sepaian sekis dan batuan ultramafik; batugamping berlapis sebagian mengandung
banyak foraminifera besar, napalnya banyak mengandung foraminifera kecil dan beberapa lapisan napal pasiran mengandung banyak kerang (pelecypoda) dan siput (gastropoda) besar.
Batugamping
pejal pada umumnya terkekarkan kuat; di daerah Tanetteriaja terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur barugamping
berlapis.
Fosil
dari batuan Formasi Tonasa telah dikenali oleh D. Kadar
(Hubungan tertulis 1971, 1973), Reed & Malicoat (M.W.
Konts, hubungan tertulis, 1972), Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1973, 1974), dan oleh Sudiyono (hubungan tertulis, 1973). Contoh batuan yang dianalisa dari lokasi: A.46, A.112, B.28.b. B.29.
B30. B.33, P.58, B. 129, C.8, C51, D.30,
Ta.72, Ta.79. Ta.81, Ta.90. Ta.131, Ta.134.d, Ta.186.a. Ta.452, Ta.506. Tb.2.
Tc.65.a. Tc.94, Tc.100, Tc.134, Td.6, Td.20. Td.63, Td.70. Td.101, Td.112, Td.116, Te.121,
Te.216.a, Ti.1, Ti.3, dan Ti.9. Fosil yang dikenali termasuk: Dictyoconus sp., Asterocydina sp., An. matanzensis COLE,
Biplanispira sp.,
Discocyclina sp., Nummulites
sp., N. atacicus LEYMERIE. N. pangaronensis (VERBEEK), Fasciolites sp., F. oblonga D’ORBIGNY, Alveolinella sp., Orbitolites sp.,
Pellatispira sp., P. madaraszi HANTKEN, P.
orbitoidae PROVALE. P. provaleae
YABE, Spiroclypeus sp., S. tidoenganensis VAN DER VLERK. S. verinicularis TAN, Globorotalia sp., Gl. centralis CUSHMAN
& BERMUDEZ, Gl, mayeri CUSHMAN
& ELLISOR, Gl. obesa BOLLI, Gl
preamenardii CUSHMAN & STAINFORTH. Gl. siakensis (LE
ROY), Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Gn. dehiscens (CHAPMAN-PARR COLLINS) Hantkenina alabamensis
CUSHMAN, Heterostegina sp., H. bornensis VAN DER
VLERK, Austrotrillina bowcbini (SCHLUMBERGER), Lepidocyclina
sp., L. cf. Omphalus TAN, L. Ephippioides JONES, L, sumatrensis (BRADY), L. parva OPPENOORTH, Iniogypsina sp., Globigerina sp., G. venezuelana HEDBERG,
Globigerinoides sp., Gd. altiaperturus
BOLLI, Gd. immaturus LE ROY, Gd. Subquadratus
BRONNI- MANN, Gd. trilobus (REUSS),
Orbulina bilobata (D’ORBIGNY).
O. suturalis BRONNIMANN,
O. universa D’ORBIGNY, Opercuna sp., Amphistegina sp. dan Cycloclypeus sp.
Gabungan fosil ini menunjukkan kisaran umur dari Eosen Awal (Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf), dan lingkungan
neritik dangkal hingga dalam dan laguna. Tambahan pulah ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain. ganggang,
koral dan moluska dalam formasi
ini.
Tebal formasi ini diperkirakan tidak kurang dari 3000 m; menindih
selaras batuan Formasi Malawa, dan tertindih
tak selaras batuan Formasi Camba; diterobos oleh sill, retas, ban stok batuan beku yang bensusunan basal,
trakit, dan diorit.
Tmc FORMASI CAMBA: batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi;
batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau dan
batulempung; bersisipan dengan napal, batugamping konglomerat dan breksi gunungapi, dan setempat dengan batubara, berwarna
beraneka, putih , coklat, merah, kuning, kelabu muda sampai
kehitaman: umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat; berlapisan dengan tebal antara 4
cm dan 100 cm. Tufanya
berbutir halus hingga lapili;
tufa lempungan
berwarna, merah mengandung banyak mineral biotit; konglomerat dan breksinya
terutama berkomponen andesit
dan basal dengan ukuran antan 2 cm dan
40 cm; batugamping pasiran dan batupasir gampingan mengandung pecahan koral dan
moluska: batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung foram kecil dan moluska;
sisipan batubara setebal 40 cm ditemukan
di S.
Maros. Pada umumnya berlapis
baik, terlipat lemah dengan kemiringan sampai 30°.
Fosil dari Formasi Camba telah dikenali oleh D. Kadar
(hubungan tertulis. 1971, 1973, 1974). A.F Malicoat (M.W. Kontz, hubungan
tertulis, 1972), dan oleh Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1974), dari contoh
batuan: B.27, B.73, B.134. C.43, C.44. Ta.57. Ta.153. Ta.243. Ta.275, Ta.276, Tc.48. Tc.416. Td.46,
Td.182. Td.332, dan
Ti.15. Fosil-fosil yang dikenali termasuk: Lepidocyclina cf. borneensis PROVALE. Lephippioides JONES & CHAPMAN. L. sumatrensis (BRADY) Iniogypsina sp., Globigerina venezuelana HEDBERG , Globorotalia baroemoenensis LEROY. Gl. mayeri CUSHMAN & ELISOR, Gl menardii (DORBIGNY.
Gl lenguaensis BOLLI. Gl. lobata
BERMUDEZ. G.l obesa BOLLI, Gl. Peripheroacuta BLOW & BANNER. Gl. praemenardii CUSHMANN & STAINFORTH. Gl.
siakensis (LEROY) Globoqudrina altispira (CUSHMAN
JARVIS,, Gn dehiscens (CHAPMAN
PARR-COLLINS) Globerinaoides immaturus LEROY. Gd.
obliquas BOLLI,
Gd. Sacculifer (BRADY, Gd. Subquadratus BRONNIMANN.
Gd. Trilobus (REUSS), Orbulina universa D’ORBIGNY,
Biorbulina bilobata (D’ORBIGNY), Operculina sp., Cycloclypeus sp.,
Hastigerina Praesiphonifera BLOW, Sphaeroidinellopsis seminulina (SCEWAGER), Sp. kochi (CAUDRIE), dan Sp.
subdehiscens BLOW.
Gabungan fosil ini menunjukkan umur berkisar dari Miosen Tengah sampai Miosen Akhir (N.9—N.15),
dan lingkungan neritik.
Lagi
pula ditemukan fosil-fosil
foraminifera yang
lain, ganggang dan koral dalam formasi ini. Kemungkinan sebagian dari Formasi
Camba diendapkan dekat daerah pantai. Secara setempat ditemukan pula fosil berumur Pliosen Awal, seperti yang di sebelah utara Ujung Pandang.
Satuan
ini tebalnya sekitar 5000 m, menindih tak selaras batugamping dari Formasi
Tonasa (Temt) dan batuan dari Formasi Malawa (Tem), mendatar berangsur berubah
jadi bagian bawah dari pada Formasi Walanae (Tmpw); diterobos oleh retas, Sil dan stok
bersusunan basal piroksen, andesit dan diorit.
Tmcv, Anggota Batuan
Gunungapi; batuan
gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat
gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapili; bersisipan batupasir tufaan,
batupasir gampingan, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan
napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal; umumnya sedikit terpropilitkan,
sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang diterobos oleh retas,
sill dan stok bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan
coklat.
Pemeriksaan
petrografi menunjukkan fonolit nefelin, porfiri sienit nefelin, diabas
hipersten, tufa batuan basa andesit, andesit, andesit trakit dan basal
leusit (Subroto dan Saefuddin, hubungan
tertulis, 1972): dan tefrit leusit basanit leusit, leusitit dan dasit (von
Steiger, 1913).
Penarikan
Kalium Argon pada batuan basal dari lokasi 7 menghasilkan 17,7 juta tahun
(Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis, 1972), dasit dan andesit dari lokasi 1 dan 2
masing-masing menghasilkan umur 8,93 dan 9,29 juta tahun (ET.D. Obradovich,
hubungan tertulis, 1974), dan
basal dari Birru menghasilkan 6,2 juta
tahun (T.M. vaan Leeuwen, hubungan tertulis, 1978). Beberapa lapisan
batupasir dan batugamping
pasiran mengandung moluska dan sepaian
koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan,
napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera.
Fosil
yang dikenali oleh
Sudiyono dan Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1973, 1974) dari lokasi Td.7
dan Td.338 adalah Globigerina venezuelana (HEDBERG), Globorotalia mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Gl. menardii (D’ORBIGNY), Gl. siakensis (LEROY). Gl. acostaensis BLOW, Gl. Cf. dutertrei, Globoquadrin.a altispira (CUSHMAN
& JARVIS), Globigerinoides extremus BOLLI. Gd immaturus LEROY, Gd. obliqus BOLLI. Gd. ruber (D’ORBIGNY) Gd.
sacculifer (BRADY),
Gd. trilobus (REUSS), Hastigerina
aequilateralis (BRADY), dan Sphaerodinellopsis subdehiscens
(BLOW). Baik gabungan fosil maupun data
radiometri menunjukkan jangka umur Miosen Tengah -
Miosen Akhir.
Batuannya
sebagian besar diendapkan
dalam lingkungan laut neritik
sebagai fasies gunungapi Formasi Camba,
menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan batuan Formasi
Malawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunungapi mengandung sepaian batugamping
seperti yang ditemukan di S. Paremba;
tebal diperkirakan tidak kurang
dari 4000 m.
Tmca : Basal
di sekatar G. Gatarang yang
dikelilingi tebing melingkar menyerupai kaldera, dan juga
di beberapa tempat yang lain, tercirikan oleh limpahan kandungan leusit.
Tmcl, Anggota
Batugamping, batugamping,
batugamping tufaan, batugamping pasiran, setempat dengan sisipan tufa; sebagian kalkarenit, pejal
dan sarang, berbutir halus sampat kasar; putih, kelabu, kelabu kecoklatan, coklat muda dan coklat; sebagian mengandung glaukonit: fosil terutama foraminifera, dan
sedikit moluska dan koral.
Fosil
yang dikenali oleh D. Radar (hubungan tertulis, 1973) dan contoh batuan Ta.37,
Ta.52, Ta.58.a, Td.104 dan Td.105,
adalah: Lepidocyclina sp., L. cf) omphalus TAN, L. sumtrensis (BRADY), B. Verbeeki (NEWTON & HOLLAND),
Mogypsina sp., M. thecidaeforinis (RUTTEN), M. cf. cupulaeforinis (ZUFFARDI-COMERCY),
Globorotalia sp., Gl. Mayeri CUSHMANN &
ELLISOR, Gl. lobata BERMUDEZ,
Gl. praemenardii CUSHMANN
& STAINFORTH. Gl praescitula BLOW, Gl. siakensis (LEROY), Globorotaloides
variabilis BOLLI, Globoquadrina
altispira (CUSHMAN & JARVIS),
Gn. globosa BOLLI, Globigerinoides
sp., Gd. immaturus LEROY. Gd. sacculifer (BRADY) Gd.
subquadratus BRONNIMANN, Biorbulina bilobata (D’ORBIGNY),
Orbulina suturalis BRONNIHANN,
O. universa D’ORBIGNY, Hastigerina siphonifera (D’ORBIGNY), Sphaeroidinellopsis
kochi (GAUDRIE), Sp. Seminulina (SGHWAGER), Operculina sp., Amphistegina sp., Cyclocypeus sp., dan ganggang. Gabungan fosil tersebut
menunjukkan umur Miosen Tengah (Tf; N.9 - N. 13).
Tmpw FORMASI WALANAE:
batupasir berselingan dengan batulanau,
tufa, napal, batulempung. konglomerat dan batugamping:
Sebagian
memakas dan
sebagian repih; umumnya berwarna muda,
putih keabuan, kecoklatan dan kelabu
muda. Batupasir berbutir halus
sampai kasar, umumnya tufaan
dan gampingan, terdiri terutama
dari sepaian batuan beku dan
sebagian mengandung banyak kuarsa. Komponen batuan gunungapi jumlahnya
bertambah secara berangsur ke arah barat dan selatan, terdiri dari butiran abu
hingga lapili, tufa kristal, setempat mengandung banyak batuapung dan biotit.
Konglomerat ditemukan lebih banyak di bagian selatan dan barat, tersusun
terutama dari kerikil dan kerakal andesit, trakit dan basal. Ke arah utara dan
timur jumlah karbonat dan klastika bertambah; di sekitar Tacipi batugamping
berkembang jadi anggota Tacipi; di daerah sekitar Watampone ditemukan lebih
banyak batugamping pasiran berlapis yang berselingan dengan napal. batulempung,
batupasir dan tufa.
Fosil foram kecil banyak ditemukan di
dalam napal dan sebagian batugamping; setempat moluska ditemukan melimpah di dalam
batupasir, napal dan batugamping; di daerah selatan setempat ditemukan ada tumbuhan di dalam
batupasir silangsiur dan beberapa lensa batubara di dalam batulempung; batutahu
ditemukan di dalam batupasir dekat Pampanua dan Sengkang, daerah utara.
Fosil foraminifera yang dikenali oleh
D. Kadar (hubungan tertulis, 1973. 1974),
oleh Pumarnaningsih dan M. Karmini (hubungan tertulis, 1974) dan contoh batuan
Ta.150. Ta.157, Ta.168. Ta.192. Ta.219. Ta.24O Ta.389, Tc.296.a, Td.43, dan Te.75, adalah: Lepidocyclina
sp., Katacyclocypeus sp., Miogypsina
sp.. Globigerina bulloides DORBIGNY, G. nephentes DODD, Globorotalia
obesa BOLLI. Gl. dutertrei (D’ORBIGNY), Gl. lobata BERMUDEZ, Gl. Scitula (BRADY), Gl. acostaensis BLOW.
Gl. crassula CUSHMAN & STEWART, Gl. merotumida BLOW & BANNER Gl.
Tumida (BRADY;, Globoquadrina altispira (CUSHMAN
& JARVIS), Globigerinoides conglobatus, BRADY. Gd.
Extremus BOLLI, Gd. immaturus LEROY. Gd. ruber (D’ORBINY) Gd. sacculifer (BRADY). Gd. obliquus BOLLI, Gd. trilobus (REUSS). Orbulina universa D’ORBIGNY,
Hastigerina aequilateralis (BRADY),
Sphaeroidinellopsizs seminulina (SCHWACER),
Ep. subdehiscens
BLOW, Pulleniatina obiquiloculata (PARKER & JONES), Amphistegina
sp., dan Operculina sp. Gabungan
fosil tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah - Pliosen
(N.9-N.20). Lagi pula ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain, moluska,
ganggang dan koral dalam formasi ini.
Satuan batuan ini tersebar luas di sepanjang lembah S. Walanae, di timur
D. Tempe dan sekitar Watampone; pada umumnya terlipat lemah, dengan kemiringan
lapisan kurang dan 15°, pelipatan kuat terjadi di sepanjang lajur sesar, dengan
kemiringan sampai 60°. Bagian bawah formasi ini diperkirakan menjemari dengan
Formasi Camba, dan bagian atasnya menjemari dengan Batuan Gunungapi Parepare;
telal diperkirakan tidak kurang dari 4.500 m.
Tmpt, Anggota Tacipi: batugamping
koral dengan sisipan batugamping berlapis, napal, batulempung, batupasir, dan
tufa: putih, kelabu muda, dan kelabu kecoklatan; sebagian sarang dan sebagian
pejal. setempat berstruktur breksi dan konglomerat; setempat mengandung banyak
moluska.
Fosil foram yang dikenali oleh D.
Kadar (hubungan tertulis, 1974), dan lokasi E.755 dan Ta. 157 adalah : Amphistegina
sp., Operculina sp., Orbulina sp., Rotalia
sp., dan Gastropoda. Satuan ini di banyak tempat membentuk pebukitan
kerucut, dan beberapa membentuk punggungan yang sejajar dengan pantai timur,
yaitu di barat Watampone; di lembah S. Walanae, dan di utara Tacipi,
batugamping Anggota Tacipi tarsingkap di sana-sini di dalam batuan Formasi
Walanae; tebal satuan ini dperkirakan tidak kurang dan 1700 m.
Batuan Gunungapi
Tpv BATUAN GUNUNGAPI
TERPROPILITKAN: breksi, lava dan tufa. di bagian atas lebih banyak
tufa, sedangkan di bagian bawah lebih banyak lava: umumnya bersifat andesit,
sebagian trakit dan basal; bagian atas bersisipan serpih merah dan batugamping;
komponen breksi beraneka, dari beberapa cm sampai melebihi 50 cm, terekat tufa yang jumlahnya kurang
dari 50%; lava dan breksi berwarna kelabu tua sampai kelabu kehijauan, sangat terbreksikan dan
terpropilitkan, mengandung banyak
karbonat dan silikat.
Penarikhan
Kalium/Argon pada basal dan timur Bantimala (lokasi 5)- menghasilkan umur 58,5
juta tahun (J.D. Obradovich, hubungan tertulis. 1974), dan penarikhan jejak belah pada tufa dari bagian bawah
Batuan Gunungapi Langi
menghasilkan umur 63 + 2 juta tahun (T.M. van Leeuwen. hubungan tertulis 1978).
Satuan ini tebalnya sekitar 400 m; sebagai lanjutan dan yang tersingkap di Birru, di lembar
Ujung Pandang, Benteng & Sinjai, yang oleh van Leeuwen (1974) disebut
batuan Gunungapi Langi; ditindih takselaras oleh batuan Eosen Formasi Tonasa
dan Formasi Malawa; diterobos oleh batuan granodiorit dan basal.
Tmkv BATUAN GUNUNGAPI KALAMISENG: lava
dan breksi, dengan sisipan tufa, batupasir, batulempung dan napal;
kebanyakan bersusunan basal dan sebagian
andesit; kelabu tua hingga kelabu kehitaman, umumnya tansatmata, kebanyakan
terubah, amidaloid dengan mineral sekunder karbonat dan silikat; sebagian
lavanya menunjukkan struktur
bantal.
Satuan batuan ini tersingkap di
sepanjang daerah pegunungan di timur lembah Walanae, terpisahkan oleh lajur sesar dari batuan sedimen dan karbonat yang berumur Eosen di bagian baratnya
diterobos oleh retas dan stok basal, ansdesit dan diorit.
Satuan batuan ini berumur lebih muda
dari batugamping Eosen dan lebih tua dari Formasi Camba Miosen Tengah, mungkin Miosen Bawah;
dan tebalnya tidak kurang dari 4.250 m.
Tmsv BATUAN
GUNUNGAPI SOPPENG: breksi gunungapi dan lava, dengan
sisipan tufa berbutir pasir sampai
lapili, dan batulempung; di bagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan di bagian selatan lebih
banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksen dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya makin
banyak ke arah selatan: sebagian lavanya berstuktur bantal
dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm - 50 cm; warnanya kebanyakan kelabu tua
sampai kelabu kehijauan.
Batuan gunungapi ini pada umumnya terubah sangat kuat, amigdaloid dengan mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat;
diterobos oleh retas (0,5 m - 1 m) dan sil trakit dan andesit, dengan
arah umum retas timurlaut-baratdaya. Satuan ini ditaksir setebal 4.000
m, menindih takselaras batugamping
Formasi Tonasa dan ditindih; selaras batuan
Formasi Camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.
Tpbv BATUAN GUNUNGAPI BATURAPE CINDAKO: lava
dan breksi, dengan sisipan sedikit tufa dan konglomerat; bersusunan basal, sebagian besar ponfiri dengan
fenokris piroksen sampai 1 cm panjangnya, dan sebagian tansatmata; kelabu tua
kehijauan hingga hitam; lava sebagian berkekar meniang dan sebagian berkekar lapis; pada umumnva breksi
berkomponen kasar, 15 cm - 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, terekat oleh tufa, Dasit pasir sampai lapili, mengandung
banyak sepaian piroksen. Satuan batuan ini tebalnya tidak kurang dari 1250 m di lembar
Ujungpandang, Benteng & Sinjai setelah
selatan daerah lembar ini menindih takselaras batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv); mungkin berumur Pliosen Akhir.
Tppv SATUAN GUNUNGAPI
PAREPARE: tufa, berbutir halus sampai lapili, breksi dan konglomerat gunungapi , setempat dengan sisipan lava dan batupasir tufaan: terutama
bersusunan trakit dan andesit, pemeriksaan petrografi menunjukan andesit trakit, beberapa lapisan tufa mengandung banyak biotit; umumnya memakas lemah
dan sebagian repih; berwarna putih keabuan hingga kelabu; setempat terlihat lapisan silang-siur
dan sisa tumbuhan.
Sebagian dari batuan, gunungapi
ini di daerah timur terdiri terutama dari lava (Tppl), bersusunan trakit, mengandung banyak biotit. Satuan ini ditaksir setebal 500 m, menindih batuan Formasi Camba dan kemungkinan menjemari dengan bagian atas Formasi Walanae. Umurnya Pliosen,
berdasarkan penarikhan radiometri pada
trakit dan tufa dari timurlaut Parepare (Lembar Majene-Palopo), yang masing-masing
menghasilkan 4,25 dan 4,95 juta tahun (J.D. Obradovich, hubungan tertulis, 1974).
Batuan Terobosan
gd GRANODIORIT: terobosan
granodiorit, berwarna kelabu muda, dengan miksoskop batuannya terlihat mengandung felspar. kuarsa, biotit, sedikit piroksen dan horenblenda, dengan mineral ikutan
zirkon, apatit dan magnetit;
mengandung senolit bersusunan diorit dan diterobos oleh aplit; beberapa bagian
yang bersusunan diorit terkaolinkan.
Batuan terobosan ini terdapat dibagian tenggara Lembar, tersingkap luas di sekitar Birru, di lembar Ujungpandang,
Benteng & Sinjai. menerobros batuan Formasi Marada (Km)
dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan
(Tpv), tetapi tidak ada santuhan
dengan batugamping Formasi Tonasa Temt).
Penarikhan jejak belah percontoh
granodiorit menghasilkan umur 19 +
2 juta tahun, dan memberikan
dugaan batuan terobosan ini
ditempatkan selama Miosen (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis. 1978).
d DIORIT – GRANODIORIT: terobosan diorit dan granodiorit, terutama berupa stok dan
sebagian berupa retas, kebanyakan bertekstur
porfir, berwarna kelabu muda sampai kelabu. Diorit yang tersingkap di sebelah utara Bantimala dan di sebelah timur Birru menerobos batu
pasir Formasi Balangbaru dan batuan ultramafik; terobosan yang terjadi di sekitar Camba sebagian terdiri dari granodiorit porfir,
dengan banyak fenokris berupa
biotit dan amfibol, dan menerobos batugamping Formasi Tonasa dan batuan Formasi
Camba.
Penarikhan Kalium/Argon granodiorit dari timur Camba (lokasi 8) pada
biotit menghasiikan 9.03 juta tahun (J.D. Obradovich, hubungan
tertulis 1974).
t TRAKIT: terobosan trakit berupa stok, sil dan retas; bertekstur porfir
kasar dengan fenokris sanidin
sampai 3 cm panjangnya; berwarna putih keabuan sampai kelabu muda. Di sekitar
Bantimala dan Tanetteriaja trakit
menerobos batugamping Formasi Tonasa,
dan di utara Soppeng menerobos
batuan gunungapi Soppeng (Tmsv).
Penarikhan Kalium/Argon trakit; dari barat Bantimala (lokasi 3 dan 4
menghasilkan : pada felspar 8,3 juta
tahun, dan pada biotit 10.9 juta
tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis. 1972).
b BASAL: terobosan basal berupa sil, stok dan retas, kebanyakan
bertekstur porfir dengan fenokris piroksen kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, dan sebagian
putih tansatmata; berwarna kelabu
tua kehitaman sampai kehijauan, sabagian dicirikan oleh srtuktur kekar
meniang bersegi enam, beberapa di antaranya bertekstur gabro.
Terobosan basal di sekitar Tonasa
membentuk sil di dalam batugamping Formasi
Tonasa dan terobosan yang terjadi
di sekitar Malawa kebanyakan membentuk retas dalam batuan Formasi
Malawa.
Penarikhan Kalium/Argon pada batuan basal dari lokasi 7, di timur Tonasa
1, menunjukkan umur 17,7 juta
tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis. 1972).
Kompleks Tektonika Bantimala
Ub BATUAN ULTRABASA: peridotit, sebagian besar terserpentinkan, berwarna hijau
tua sampai hijau kehitaman; kebanyakan terbreksikan dan tergerus melalui sesai
naik ke arah baratdaya; pada bagian yang pejal terlihat struktur berlapis, dan
di beberapa tempat mengandung buncak dan lensa kromit; satuan ini tebalnya
tidak kurang dan 2500 m, dan
mempunyai sentuhan sesar dengan satuan
batuan di sekitarnya.
s BATUAN MALIHAN: sebagian besar sekis dan sedikit genes; secara megaskopik terlihat
mineral di antaranya glaukofan, garnet, epidot, mika dan klorit; di bawah mikroskop t’Hoent & Ziegler (1915) dan Subroto &
Saefudin (hubungan tertuis. 1972) mengenali sekis glaukofan, eklogit, sekis
garnet, sekis amfibol, sekis kiorit, sekis muskovit, sekis muskovit-tremoilit-aktinolit,
sekis muskovit-aktinolit, genes albit-ortoklas,
dan genes kuarsa-felspar; eklogit tidak ditemukan berupa singkanan, melainkan berupa sejumlah bongkah besar di daerah batuan malihan; di lokasi Te. 149.a sekisnya mengandung grafit;, berwarna
kelabu, hijau, coklat dan biru.
Batuan malihan ini umumnya berpendaunan miring ke
arah timurlaut, sebagian terbreksikan,
dan tersesarkan naik ke arah baratdaya. Satuan ini tebalnya tidak kurang
dari 2000 m dan bersentuhan
sesar dengan satuan batuan di sekitarnya. Penarikhan Kalium/Argon pada sekis di
timur Bantimala (lokasi 5)
menghasilkan umur 111 juta tahun
(J.D. Obradovich. hubungan tertulis, 1974).
m KOMPLEK MELANGE: batuan campur aduk secara
tektonik terdiri dari grewake, breksi, kongomerat,
batupasir; terkersikkan, serpih kelabu, serpih merah, rijang radiolaria merah,
batusabak, sekis, ultramafik, basal, diorit
dan lempung; himpunan batuan ini mendaun, kebanyakan miring ke arah timurlaut dan tersesarkan naik
ke arah baratdaya; satuan ini
tebalnya tidak kurang dari 1750 m, dan
mempunyai sentuhan sesar dengan satuan
batuan di sekitarnya.
![]() |
Gambar : Korelasi Satuan Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat |
TEKTONIK
Batuan
tua yang masih dapat
diketahui kedudukan stratigrafi dan tektonikanya adalah sedimen flych Formasi Balangbaru dan Formasi Marada; bagian bawah takselaras menindih satuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih takselaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan
yang lebih tua merupakan masa yang terimbrikasi melalui sejumlah sesar
sungkup, terbreksikan, tergerus, terdaunkan dan sebagian tercampur menjadi
melange. Oleh karena itu komplek batuan ini dinamakan Komplek Tektonik
Bantimala. Berdasarkan himpunan batuannya diduga Formasi Balangbaru dan Formasi
Marada itu merupakan endapan lereng di
dalam sistem busur-palung pada zaman Kapur Akhir. Gejala ini
menunjukkan, bahwa melange di Daerah
Bantimala terjadi sebelum Kapur Akhir.
Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada Kala Paleosen, yang hasil
erupsinya terlihat di timur Bantimala dan di daerah Birru (lembar Ujungpandang,
Benteng & Sinjai). Pada Kala Eosen Awal, rupanya daerah di barat berupa
tepi daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi Malawa; sedangkan di daerah timur,
berupa cekungan laut dangkal tempat pengendapan batuan klastika bersisipan
karbonat Formasi Salo Kalupang. Pengendapan Formasi Malawa kemungkinan hanya
berlangsung selama awal Eosen, sedangkan Formasi Salo Kalupang berlangsung sampai Oligosen Akhir.
Di
barat diendapkan batuan karbonat yang sangat tebal dan
luas sejak Eosen Akhir sampai Miosen Awal.
Gejala ini menandakan bahwa selama waktu itu terjadi paparan laut
dangkal yang luas, yang berangsur-angsur
menurun sejalan dengan adanya pengendapan. Proses tektonik di bagian
barat ini berlangsung sampai Miosen Awal,
sedangkan di bagian timur kegiatan gunungapi sudah mulai lagi selama
Miosen Awal, yang diwakili oleh Batuan Gunungapi Kalamiseng dan Soppeng
(Tmkv dan Tmsv).
Akhir kegiatan ganungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang menyebabkan terjadinya
permulaan terban Walanae yang kemudian
menjadi cekungan tempat pembentukan Formasi Walanae. Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah, dan menurun perlahan selama sedimentasi
sampai Kala Pliosen. Menurunnya Terban Walanae
dibatasi oleh dua sistem sesar normal, yaitu
sesar Walanae yang seluruhnya nampak
hingga sekarang di sebelah
timur, dan sesar Soppeng yang hanya
tersingkap tidak menerus di sebelah
barat.
Selama
terbentuknya terban Walanae, di timur kegiatan gunungapi terjadi hanya di bagian selatan sedangkan di barat terjadi kegiatan gunungapi
yang hampir merata dari selatan
ke utara, berlangsung dari Miosen Tengah sampai Pliosen. Bentuk kerucut gunungapi
masih dapat diamati di daerah sebelah barat ini, di antaranya Puncak Maros dan G. Tondongkarambu. Suatu tebing melingkar mengelilingi G. Benrong, di
utara G. Tondongkarambu, mungkn. merupakan sisa suatu kaldera.
Sesar
utama yang berarah utara-baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah, dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Pelipatan
besar yang berarah hampir
sejajar dengan sesar utama
diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya, tekanan mendatar berarah
kira-kira timut-barat pada waktu sebelum
akhir Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang
menyesarkan batuan pra-kapur Akhir di Daerah Bantimala yang kemudian tertekan
melawati batua tersier.
Penyesaran yang relarif lebih kecil
di bagian timur Lembar Walanae dan di bagian barat pegunungan barat yang
berarah baratlaut - tenggara dan merencong, kemungkinan besar terjadi
oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar.
SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI
Gejala
mineralisasi yang didapatkan di daerah Lembar Pangkajene
dan Watampone Bagian Barat ialah
sebagai berikut:
Sebuah
urat kuarsa yang mengandung
sulfida tembaga dan malakit tersingkap
pada sentuhan retas diorit di
dalam batuan klastika
Teos kira-kira 30 km sebelah timurlaut
Camba. Hasil analisis oleh Direktorat Geologi (197) memperlihatkan kandungan Cu, 11,19% dan Zn 1,58%. Ketul mangan dengan kandungan MnO2 20,39% yang berserakan di
dekat sentuhan antara
batugamping Temt dan batuan gunungapi Tpv di daerah Birru, menurut hasil penelitian PT Riotinto Bethlehen Indonesia (1974)
ternyata tudung besi petunjuk mineral logam dasar.
Kromit ditemukan dalam batuan ultrabasa
di timur Barru dan di timurlaut Pangkajene, terutama pada bagian
yang berlapis berupa lensa atau buncak. Tanah palapukannya mengandung apungan kromit.
Analisis kimia apungan kromit dari
baratlaut Tanetteriaja memperlihatkan
kadar Cr2O3, 24.70% dan Fe, 13.47%. Di beberapa
tempat kromit ditambang oleh perusahaan daerah.
Batugamping Formasi Tonasa dan lempung. Formasi Malawa digali di tenggara dan di timur laut
Pangkajene, sebagian bahan dasar bagi
pabrik semen Tonasa I dan Tonasa
II. Batuan terobosan basal, trakit,
diorit dan granodiorit yang ditemukan di beberapa tempat baik sebagai
bahan bangunan fondasi.
Lapisan
batubara ditemukan di beberapa tempat di dalam Formasi Malawa. Beberapa di
antaranya telah ditambang selama dan sebelum perang dunia kedua. Eksplorasi
minyak dan gas telah dilakukan oleh Gulf Oil Indonesian sejak tahun 1967 baik
di daerah pantai maupun di lepas pantai. Tes pemboran di
Singkang telah membuktikan adanya gasbumi di daerah itu.
Mataair
panas dan mineral ditemukan
di beberapa tempat, yang di
antaranya mencapai temperatur 40oC. Analisis kimia air mineral percontoh
dari utara Tanettariaja menunjukkan susunan utama dalam mg/liter: Ca2+, 206,5; CO2 bebas,
238,1; HCO3, 697,8; dan Cl, 116,0.
Peta geologi lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat dapat di download pada link berikut ini :
Referensi
Hooijer, DA. 1949. Plistocene vertebrates from Celebes. IV Archideskodon celebensit nov. Spec.; Zool. Meded. , DeelXX, No. 14, Leiden 1949.
Patty, E.J. and S. Wiryosujono, 1962. The raw materials for cement plant in the Tonasa - Baloci area on South Sulawesi; unpubl. rept GSI, No. 20/do.
Steiger, von H., 1915. Petrografische beschrijying van eenege gesteenten uit de onderafdeeling Pangkadjene en het landscap Tanette v/h Govt. Celebes dan Onderhorighede; jaarb. Mijnw. Verh., pp. 171-227.
Sukamto. R, 1975. Geologic map of Indonesia, Sheet VIII Ujungpandang, scale 1 : 1,000.000; Geological Survey of Indonesia.
Sung, G.L., 1948. Samenvatting van belangrijkere geologische gegevens over Celebes; GL. A. Raport No. 22575; unpubl. rent. PERTAMINA.
t’Hoent, C. and K. Ziegler, 1917. Verslag ovede resultaten van geologisch - Mijnbouwkundige verkenningen in Z.W. Celebes; jaarb. Mijnw. Verb. II, pp. 235-363.
van Leeuwen, T.M., 1974 . The geology of Birru area, South Sulawesi; PT Riotinto Bethlehem Indonesia, unpubl. rept.
Sung, G.L., 1948. Samenvatting van belangrijkere geologische gegevens over Celebes; GL. A. Raport No. 22575; unpubl. rent. PERTAMINA.
t’Hoent, C. and K. Ziegler, 1917. Verslag ovede resultaten van geologisch - Mijnbouwkundige verkenningen in Z.W. Celebes; jaarb. Mijnw. Verb. II, pp. 235-363.
van Leeuwen, T.M., 1974 . The geology of Birru area, South Sulawesi; PT Riotinto Bethlehem Indonesia, unpubl. rept.